Washington, D.C. (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah dinobatkan menjadi salah satu dari lima bankir negara terbaik dunia tahun 2007 oleh majalah ekonomi internasional dari Amerika Serikat, Global Finance, karena dianggap berhasil memimpin bank sentral Indonesia, menjaga stabilitas makro ekonomi selama tahun 2005. Penghargaan "Best Central Banker" tersebut diserahkan jajaran pimpinan Global Finance kepada Burhanuddin di Gedung National Press Club, Washington DC, Senin, yang dihadiri oleh para bankir dari berbagai belahan dunia. Selain Burhanuddin, "Best Central Banker Award" juga diraih oleh Gubernur Bank Negara Malaysia Zeti AKhtar Aziz, Gubernur Bank Sentral Filipina Armando M. Tetangco, JR, Gubernur Bank Sentral Taiwan Fai-Nan Perng dan Deputi Gubernur Bank Sentral Israel Zvika Eckstein. Burhanuddin menyebut anggota Dewan Gubernur dan staff Bank Indonesia yang berjumlah sekitar 6.000 pegawai sebagai pihak yang disebutnya pantas untuk mendapatkan penghargaan tersebut. "Saya hanya melakukan upaya untuk mencoba berada di depan bersama-sama mereka untuk mengerjakan apa yang harus dilakukan," katanya merendah, ketika dimintai komentar usai menerima "Best Central Banker Award". Global Finance Magazine melihat selama tahun 2005 Indonesia berhasil menjaga stabilitas makro ekonomi. "Kalau dilihat pada waktu itu harga minyak begitu tinggi, beban terhadap fiskal begitu berat. Dengan kenaikan harga BBM yang begitu tinggi, inflasi yang meningkat tajam, BI waktu itu berusaha mengarah ke stabilitas yang secara bertahap dari tahun 2005, 2006," kata Burhanuddin. Pada tahun 2005 suku bunga di Indonesia mencapai sekitar 7,4 persen sementara harga BBM yang dinaikkan pemerintah sebesar 126 persen pada 1 Oktober 2005 memicu inflasi tinggi, yaitu dari 8 persen menjadi 17 persen. Saat nilai inflasi mencapai 17 persen, BI secara bertahap menaikkan suku bunga hingga menjadi 12,75 perse. "Dengan inflasi 17 persen dan suku bunga 12,5 persen berarti sebetulnya perekonomian kita masih masih bersuku bunga negatif. Tetapi masyarakat melihat bahwa langkah yang dilakukan BI tepat dan juga pada waktu yang tepat sehingga mereka tidak begitu `care` (peduli) dengan suku bunga yang negatif," papar Burhanuddin. Selain melalui Burhanuddin Abdullah, Indonesia juga mendapatkan tiga penghargaan lainnya dari Global Finance, yaitu untuk kategori "Best Sub Custodian Banks" (HSBC), "Best Trade Finance Providers" (Bank Danamon Indonesia), dan "Best Domestic Banks" (Bank Danamon). Tahun 2008 Gubernur BI mengakui bahwa tahun 2008 akan menjadi tahun yang cukup berat bagi upaya menurunkan kembali suku bunga --hingga pertengahan 2007 sudah berada di angka 8,25 persen. Menurut perhitungan BI, ujarnya, pada tahun 2008 tekanan inflasi akan cukup tinggi karena berbagai faktor di dunia, termasuk kenaikan harga minyak dan komoditas --seperti gandum, beras dan gula-- serta masalah perekonomian global dengan adanya ketidakpastian yang tinggi setelah terjadinya kasus `subprime mortgage`. `Subprime mortgage` adalah kasus anjloknya nilai obligasi perumahan di Amerika dua bulan lalu yang berdampak pada kerugian besar pemegang obligasi --kebanyakan lembaga-lembaga keuangan besar di Amerika, Eropa dan Asia-- yang membuat pasar saham dunia turun tajam. Namun di dalam negeri, kata Burhanuddin, kenaikan harga minyak dunia akan memberikan satu keuntungan, yaitu harga kelapa sawit dan karet akan naik sehingga akan berdampak baik bagi neraca pembayaran Indonesia. "Itung-itungan kita, bahwa kita harus mencapai inflasi 5 persen pada tahun 2008, saya kira masih berada pada kisaran tersebut, meskipun prediksi yang dilakukan oleh staf BI menunjukkan bahwa inflasi akan mencapai sekitar 6,2 persen," katanya. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan BI untuk mencapai inflasi pada angka tersebut, menurut Burhanuddin, akan sangat standar. "Pertama, kita akan melihat bagaimana secara bertahap, cermat, monitoring terhadap berbagai perkembangan global, nasional dan regional dari sisi harga barang-barang, perekonomian," katanya. Kedua, BI akan mencermati langkah-langkah perbankan di dalam negeri. "Perbankan kita sudah sangat baik sekarang ini, kredit yang disalurkan sudah cukup tinggi. Dan tahun ini saya kira kredit yang akan disalurkan mencapai 22 persen. Tahun depan juga akan sekitar itu," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007