Jakarta (ANTARA News) - Wapres Jusuf Kalla menegaskan tidak ada upaya lain untuk mengatasi meroketnya harga minyak dunia, kecuali dengan mempercepat target penuntasan program konversi energi dari minyak ke gas. Penegasan itu dikemukakan Wapres saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Depot LPG domestik Pertamina di Tanjung Priok, Jakarta, Senin sore, untuk melihat perkembangan program konversi energi masyarakat. Wapres menjelaskan bahwa dengan tingkat harga minyak dunia yang mencapai 90 dolar AS/barel, maka harga minyak tanah di masyarakat bisa mencapai Rp7 ribu/liter. "Kalau kita tidak mempercepat program konversi energi ini dan subsidi pemerintah bisa mencapai Rp5 ribu/liter, maka kalau dipakai 10 juta kilo liter subsidi bisa mencapai Rp50 triliun," katanya. Karena itu, ujar Kalla, pemerintah minta Pertamina agar mempercepat pencapaian target konversi energi dari tahun 2012 menjadi selesai seluruhnya pada tahun 2010. Dari hasil peninjauannya, Wapres mendapat laporan bahwa kesiapan berbagai instansi untuk merealisasi target yang diinginkan pemerintah sudah mencukupi. "Swasta juga sudah membangun fasilitas-fasilitas agar masyarakat bisa lebih cepat menikmati gas ini secara merata dan nasional," ujar Kalla. Lebih lanjut Wapres mengatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian, masyarakat sudah bisa menerima program konversi energi dan bahkan penggunaan gas justru banyak memberi keuntungan. Menurut Kalla, keuntungan pengusaha warung makanan yang menggunakan kompor gas ternyata mendapat keuntungan rata-rata Rp450 ribu/bulan dan untuk rumah tangga keuntungan itu berkisar Rp25-30 ribu/bulan. "Kita minta agar dikaji lagi bagaimana target bisa dipercepat menjadi hanya 3 tahun dari semula 5 tahun, karena tidak ada cara lain untuk menanggapi kenaikkan harga minyak dunia ini," kata Wapres. Sementara itu, Pertamina mengkonfirmasi bahwa setiap hari distribusi gas ke masyarakat antara 20-30 ribu tabung dan seusai Lebaran ini kapasitas distribusi akan ditingkatkan menjadi 50 ribu tabung/hari. Namun demikian, Pertamina menyatakan bahwa kemampuan distribusi itu sangat bergantung pada ketersediaan tabung-tabung gas beserta kompornya. "Sebenarnya sekarang masalah bukan lagi di Pertamina," ujar Kalla, seraya menambahkan bahwa pemerintah sudah meminta industri tabung gas untuk meningkatkan kapasitas produksi mereka. Wapres juga telah meminta agar 12 perusahaan yang memproduksi tabung gas berkapasitas 3 kg itu untuk terus bekerja hingga 3 shift. "Itu pun belum cukup dan masih kurang sekitar 6,2 juta tabung lagi," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007