Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mencatat keuntungan tambahan atau "windfall" dari kenaikan harga minyak per dolarnya dapat mencapai Rp3,34 triliun. "Setiap kenaikan satu dolar AS harga minyak, kita memperoleh `windfall` sebesar Rp3,34 triliun, dengan asumsi kursnya mencapai Rp9.050 per dolar," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro, di Jakarta, Senin sore. Namun dia mengatakan, dampak dari kenaikan harga minyak tersebut secara keseluruhan juga berdampak pada kenaikan PPN Migas. Selain itu, dia mengatakan, penambahan pendapatan tentu hanya akan terjadi apabila produksi minyak Indonesia juga meningkat. Oleh karena itu, pencapaian target 950.000 barel per hari sesuai yang diasumsikan pada APBN harus tercapai terlebih dahulu. "Khusus produksi kita pada 2007 bisa kita capai. Untuk 2008, kita harus lihat lagi mengingat harga minyak fluktuatif dan dari pasar berjangka ada kecenderungan penurunan yang lambat," ujar dia. Menurut catatan BP Migas, langkah peningkatan produksi minyak telah dilakukan dalam dua tahun terakhir, diantaranya dengan melakukan `primary recovery` dan peningkatan produksi minyak dari 25 lapangan yang ada. Untuk melihat hasil dari peningkatan produksi tersebut minimal membutuhkan waktu dua tahun, sehingga hasilnya baru akan diketahui 2008. BP Migas memprediksi akan terjadi peningkatan produksi minyak pada 2008 sehingga target 950.000 barel per hari akan terpenuhi. Bahkan diprediksi angka rata-rata harian produksi minyak mencapai 1,034 juta barel per hari. Sementara itu, secara terpisah Dirut PT Pertamina (Persero), Ari Soemarsono mengatakan, diharapkan produksi minyak Pertamina dapat meningkat hingga 130.000 barel per hari. Sedangkan saat ini produksi perusahaan tersebut baru mencapai 110.000 barel per hari. Dia mengatakan dampak dari kenaikan harga minyak dunia terhadap perusahaan migas seperti Pertamina tentu kenaikan marjin penjualan. Hal tersebut dianggap wajar seperti juga yang terjadi pada kenaikan harga saham perusahaan minyak di berbagai belahan dunia. "Kita sebagai perusahaan minyak, begitu harga minyak naik, kita juga akan dapat satu keuntungan tambahan atau `windfall`," ujar dia. Saat ditanya berapa `windfall` yang diterima Pertamina, dia meminta agar wartawan dapat menghitung sendiri besarannya. "Kalau kita produksi 110.000 barel, bagian kita 40 persen, ya kali kan saja dengan kurs dolar saat ini," katanya. Pada kesempatan yang sama, Ari menambahkan, kenaikan harga avtur sangat wajar karena bahan bakunya berasal dari minyak mentah seperti juga pertamax, pertamax plus, dan premium karena itu harganya juga akan ikut naik.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007