Ketika tokoh NU sukses menyampaikan visi dan misinya, tentu kita akan bangga menjadi jamaah NU, sehingga yang paling penting adalah doanya, katanya
Pontianak (ANTARA) - Tim Kampanye Nasional (TKN) Capres-Cawapres Nomor Urut 01, Joko Widodo- KH Ma'ruf Amin, Yenny Wahid meminta doa dan dukungan kepada warga Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Barat agar penyelenggaraan Debat Cawapres 2019, pada Minggu malam berjalan lancar dan sukses.
Yenny Wahid saat menghadiri Istighosah Qubro Muslimat NU Kalbar di Sungai Raya, Minggu, minta doa dan dukungan kepada warga NU Kalbar, agar proses Debat Cawapres malam ini bisa berjalan dengan lancar dan sukses.
"Ketika tokoh NU sukses menyampaikan visi dan misinya, tentu kita akan bangga menjadi jamaah NU, sehingga yang paling penting adalah doanya," katanya.
Menurut dia, alasan dia mendukung Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin, yakni dalam NU ada lima unsur, yakni aqidah, fikrah (pemikiran), adil dengan tidak menyebarkan fitnah pada lawan politik karena dalam Islam hal itu dilarang.
"Ibu-ibu sangat berperan dalam mendidik anak-anaknya agar tidak turut dalam menyebarkan hoaks atau fitnah. Perempuan adalah tiang penyangga negara, sehingga perannya sangat penting dalam mendidik anak untuk memastikan jalannya rumah tangga dengan baik, sehingga bisa disebut juga sebagai tiang NKRI," katanya.
Kemudian, warga NU juga Amaliyahnya sangat baik, seperti menggelar yasinan, bukan orang yang gemar menyebarkan hoaks, sehingga pilihan politik sangat penting.
"Ini bukan kampanye, tetapi mengajak para ibu-ibu atau warga NU untuk bersama-sama dalam merapatkan barisan dalam satu barisan NU," ujarnya.
Ciri keempat NU, 'Harakah", yaitu gerakan dalam membawa panji-panji NU, seperti yasinan atau gerakan yang menyejukkan masyarakat dan umatnya.
"Hoaks adalah ancaman global, bukan hanya ancaman bagi Indonesia saja. Peran ibu muslimah, apa pun pilihan politik mari kita bersama-sama menjaga kerukunan NKRI," ajaknya.
Kemudian, unsur kelima 'Jamaliah', jangan kiyai-kiyai dijelekkan, sehingga yang paling penting, muslimah NU menjadi penerangan di masyarakat. "Perempuan Indonesia dari dulu memang sebagai penggerak, contohnya RA Kartini yang juga warga NU," ujarnya.
Pewarta: Andilala
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019