Sidoarjo (ANTARA News) - Tanggul lumpur Lapindo di titik 24 dan 25 jebol, dimana tanggul titik 25 pertama kali terjadi pada Senin (22/10) sekitar pukul 07.30 WIB, sementara tanggul di titik 24 jebol pada pukul 00.30 (dini hari). Deputi Infrastruktur Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), Sofyan Hadi, Senin, menyatakan, akibat jebolnya tanggul, menimbulkan kerusakan tanggul selebar hampir satu meter. Hingga saat ini kedua tanggul tersebut masih dalam perbaikan. Kerusakan ini mengakibatkan lumpur yang tertampung di tanggul utama mengalir menuju "pond" (kolam penampungan) Jatirejo. Namun tak sampai 12 jam kemudian, tepat pada pukul 10.00 WIB tanggul di titik 24 kembali mengalami penurunan lapisan tanah yang menyebabkan kerusakan selebar hampir lima meter. Lumpur pun mengalir deras ke pond Jatirejo. Menurut Sofyan, jebolnya tanggul tersebut dipastikan akibat penurunan lapisan tanah. Ini merupakan kesekian kalinya tanggul di titik tersebut mengalami kerusakan. "Daerah tersebut memang merupakan wilayah patahan, dimana lapisan tanahnya tidak stabil. Meskipun sudah berkali-kali ditimbun dengan pasir dan batu (sirtu), tanah terus-menerus turun," katanya. Meskipun terjadi jebol tanggul dan mengakibatkan lumpur mengalir ke pond Jatirejo, jalan Raya Porong masih aman dari ancaman lumpur. Pond Jatirejo yang menjadi pertahanan terakhir jalan Raya Porong dan jaringan rel kereta api masih sanggup menampung luberan lumpur yang mengalir dari tanggul utama akibat jebolnya dua titik tersebut.Akibat lumpur yang meluber, siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Khalid Bin Walid Desa Renokenongo terpaksa belajar di masjid. Kini lumpur masih terus mengalir dan memenuhi halaman belakang komplek Yayasan Khalid Bin Walid di Desa Renokenongo. Sejumlah ruang kelas terutama di bagian belakang, bahkan sudah tidak bisa dipakai sejak lama, karena sudah tergenang lumpur. Kepala Sekolah Khalid Bin Walid, Mashudi mengemukakan, karena ancaman lumpur ini ada beberapa perubahan peruntukan ruang kelas. Ruang TK (Taman Kanak-kanak) yang pada pagi hari aktif digunakan untuk kegiatan belajar mengajar TK, pada siang hari dipakai bergantian oleh siswa Madrasah Aliyah dan Tsanawiyah. Pihak yayasan terpaksa mengatur kelas tersebut, karena semenjak beberapa ruang kelas tergenang lumpur, ruang kelas yang dimiliki tidak cukup untuk menampung total 350 siswa.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007