Jakarta (ANTARA News) - Perwakilan dari 118 kantor berita sedunia akan berkumpul di Estepona, Spanyol, pada 24-27 Oktober 2007, untuk membicarakan nasib mereka menghadapi era Internet, yang ditandai dengan akses informasi global secara cuma-cuma. Direktur Pemberitaan/Pemimpin Redaksi LKBN Antara, M. Saiful Hadi, di Jakarta, Senin, mengatakan delegasi Perum Antara yang mewakili Indonesia akan menyampaikan pemikiran-pemikiran di Kongres Kantor Berita Sedunia Kedua itu mengenai bagaimana lembaga kantor berita nasional bisa survive dalam persaingan dan bahkan bertekad menjadi kantor berita kelas dunia. Selain Saiful Hadi, delegasi Indonesia lainnya adalah Direktur Umum dan SDM Rajab Ritonga dan Wakil Pemimpin Redaksi Bidang Umum Perum LKBN Antara Akhmad Kusaeni. Menurut Saiful, kantor-kantor berita sekarang ini menghadapi tantangan baru yang mengancam eksistensinya. Globalisasi dan perkembangan teknologi informasi telah memungkinkan berita dan informasi didistribusikan dan diakses secara massal dan gratis. "Jika kantor berita tidak bisa menyiasatinya, tidak mengherankan sejumlah kantor berita punah dan bangkrut," katanya. Ia juga mengatakan Kongres Kantor Berita Sedunia itu sangat penting mengingat Antara akan menjadi Presiden Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA) pada Desember mendatang untuk periode kepemimpinan selama tiga tahun. OANA beranggotakan 33 kantor berita di kawasan Asia Pasifik. Sebagai Presiden OANA, Perum LKBN Antara bertekad untuk lebih menyuarakan informasi dari kawasan Asia Pasifik di forum internasional. Selama ini masih terjadi ketimpangan, dan berita-berita internasional masih didominasi oleh kantor-kantor berita raksasa Barat seperti Reuters, AP, AFP dan DPA. "Bagaimana mengatasi ketimpangan arus informasi dari negara maju ke negara berkembangan itulah yang akan diperjuangkan ANTARA sebagai Presiden OANA pada Kongres Kantor Berita Sedunia itu," ujar Saiful Hadi yang juga Ketua Bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Selain masalah ketimpangan informasi itu, delegasi Indonesia juga akan memperjuangkan bagaimana akses wartawan-wartawan Indonesia dan Asia bisa lebih terbuka dalam meliput peristiwa-peristiwa besar dunia, seperti Piala Dunia dan Olimpiade di Beijing pada 2008. Begitu juga masalah keamanan meliput konflik bersenjata di berbagai belahan dunia agar keselamatan wartawan bisa dihormati oleh pihak yang berkonflik. Selama ini, masih banyak pihak yang tidak akan peduli akan hak serta jaminan keamanan bagi wartawan. Dalam kaitan itu, Antara akan menyuarakan bagaimana pentingnya perusahaan-perusahaan pers untuk mengasuransikan wartawannya yang meliput konflik bersenjata. (*)

Copyright © ANTARA 2007