Pasar Afrika, dalam hal ini, menjadi pasar potensial untuk dilirik sebagai tujuan ekspor

Jakarta (ANTARA) - Berbagai negara-negara yang terdapat di kawasan benua Afrika merupakan wilayah sasaran ekspor baru yang sangat potensial untuk digarap oleh berbagai pelaku ekspor di Tanah Air, dan kebijakan pemerintah juga harus terus membantu para pengekspor tersebut.

"Pasar Afrika, dalam hal ini, menjadi pasar potensial untuk dilirik sebagai tujuan ekspor," kata Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Menurut Assyifa Szami Ilman, hal itu karena ketergantungan ekspor Indonesia terhadap pasar ekspor dominan, seperti China, Amerika Serikat, Jepang dan negara-negara Asia Tenggara pada umumnya perlu digeser dengan membuka pasar-pasar baru.

Apalagi pada saat ini, ujar dia, nilai perdagangan di negara-negara di Afrika ternyata masih didominasi oleh produk dari China dan negara-negara Uni Eropa.

Namun, lanjutnya, dengan adanya peningkatan jumlah penduduk kelas menengah di Afrika juga dapat mendorong tumbuhnya permintaan yang selanjutnya dapat diisi oleh produk asal Indonesia.

Ia juga mengemukakan pentingnya pembangunan infrastruktur yang ditargetkan dapat memudahkan mobilitas logistik barang yang akan diekspor dapat membantu mengurangi biaya produksi.

"Tipe kebijakan ini dapat membantu meningkatkan ekspor terutama untuk ekspor di sektor otomotif dan mesin kendaraaan," ucapnya.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan membidik ekspor tumbuh 7,5 persen pada 2019, berarti angka tersebut mendekati realisasi ekspor yang dicapai periode Januari-November 2018 yakni 7,47 persen.

"Kami targetkan 7,5 persen, ini memang masih ditetapkan di rapat kerja Kemendag, karena masih perlu pembicaraan lebih lanjut dengan kementerian lain," ungkap Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat menggelar konferensi pers di Jakarta, 10 Januari 2019.

Menurut Mendag, angka tersebut realistis dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian global yang masih dibayangi perang dagang.

Kendati tidak berdampak langsung kepada Indonesia, perang dagang yang terjadi mengimplikasi negara-negara tujuan ekspor ekspor Indonesia.

Untuk meningkatkan kinerja ekspor, lanjut Mendag, selain menyasar pasar tradisional seperti China, AS, Jepang, Malaysia, Filipina, Korea Selatan, dan Thailand, Kemendag juga serius melakukan penetrasi pasar ekspor ke negara-negara nontradisional.

Pada 2018, Kemendag berhasil mendorong peningkatan pertumbuhan nilai ekspor di negara nontradisional seperti Bangladesh sebesar 15,9 persen, Turki 10,4 persen, Myanmar 17,3 persen, Kanada 9,0 persen, Selandia Baru 16,8 persen, Polandia 23,3 persen, Nigeria 17,3 persen.

“Pembukaan lebih banyak akses pasar ekspor, kami lakukan dengan aktif menambah perjanjian perdagangan internasional baru, dan secara simultan diimbangi dengan kegiatan misi dagang, untuk mendongkrak peningkatan ekspor di negara-negara nontradisional,” ungkapnya.

Baca juga: KBRI perluas pasar produk Indonesia di Afrika Selatan
Baca juga: Kementerian Perdagangan akan buka pasar ekspor baru
Baca juga: Dubes: Pasar Afrika mencapai RP7.900 triliun

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019