"Atas nama pemimpin dan rakyat Palestina, saya menyampaikan simpati kami yang paling dalam dan belasungkawa sepenuh hati kepada keluarga yang berduga akibat serangan teroris yang mengerikan ini terhadap orang tak bersalah yang sedang shalat di dua masjid Selandia Baru, Jumat ini. Doa kami bersama keluarga korban, termasuk beberapa keluarga Palestina, yang kehilangan orang yang mereka cintai atau orang yang mereka cintai sekarang berjuang melawan luka serius," kata Ashrawi di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Kantor Berita Palestina, WAFA yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat (15/3) malam.
"Kami juga menyampaikan simpati dan dukungan kami buat rakyat dan pemerintah Selandia Baru dan memuji Perdana Menteri Jacinda Ardem atas kepemimpinannya pada masa sulit ini."
Pejabat PLO itu menambahkan, "Serangan mengerikan ini adalah serangan terhadap inti kemanusiaan bersama kita sebab itu adalah serangan yang dilatarbelakangi oleh praduga dan kebencian yang tak terlihat. Hari ini, banyak keluarga di Selandia Baru, Palestina dan dari negara lain di seluruh dunia bersatu dalam kepedihan dan kesedihan mereka. Kami percaya bahwa semua energi harus pertama-tama dipusatkan pada penyembuhan luka moral dan fisik yang tak terhapuskan akibat diumbarnya kebencian dan kefanatikan dengan cara yang paling keras dan ekstrem."
Ashrawi juga memperingatkan, "Ideologi ekstremis dan eksklusif dari kelompok apa pun menghilangkan rasa kemanusiaan orang lain dengan memanfaatkan penafsiran yang keliru dan penyimpangan keinginan serhingga menjadi alasan buat kekerasan. Sayangnya, ucapan kebencian dan hasutan telah ditolerir terlalu lama. Fanatisme dan rasisme telah menjadi kondisi normal. Praduga, termasuk Islamofobia, Anti-Semitisme dan Kebencian terhadap orang asing merasuki penyimpangan masyarakat oleh politisi yang mengeksploitasi kebodohan, mengobarkan api kebencian, dan menebar ketakutan bagi konsep politik sinis."
Wanita pejabat tersebut mengatakan masyarakat dunia memiliki "tanggung-jawab moral bersama untuk menghadapi arus utama permusuhan yang tercela ini. Sebagai pemimpin, kita memiliki kewajiban moral dan kepentingan bersama untuk mengambil pelajaran yang layak dari tragedi ini dan melindungi masyarakat kita dari momok kebencian dan kekerasan. Bukannya mentolerir hasutan dan praduga, kita harus bekerja untuk mendorong toleransi, martabat, dan penerimaan sebagai nilai kemanusiaan bersama kita."
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: M. Irfan Ilmie
Copyright © ANTARA 2019