Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Boediono mengakui bahwa selama tiga tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sektor perekonomian masih belum mengalami perkembangan yang menggembirakan, meski pemerintah telah bekerja keras untuk mengeluarkan dan melakukan sejumlah kebijakan. "Kita kerja keras, semua kerja keras untuk mencapai itu. Banyak yang harus kita kerjakan, tetapi banyak juga yang telah kita kerjakan. Memang masih panjang jalannya, tetapi kita sudah melakukan hal-hal yang bisa kita lakukan dalam konteks suasana global dan nasional yang seperti ini," kata Boediono, usai mengikuti upacara penyambutan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Istana Merdeka, Jakarta, Senin. Boediono menyatakan hal itu menanggapi pertanyaan mengenai belum berhasilnya perkembangan ekonomi nasional dibanding sektor pembangunan yang lain selama masa tiga tahun Pemerintahan SBY- JK. Kerja tim ekonomi mendapat kritikan karena hingga kini pembangunan ekonomi yang dilakukan belum bisa mengurangi angka pengangguran dan orang miskin. Khusus mengenai tingginya angka pengangguran, Boediono mengatakan pemerintah akan mengusahakan agar pertumbuhan ekonomi yang dilakukan bisa didorong untuk menyerap tenaga kerja, serta meningkatkan investasi. Namun, Boediono juga mengakui masih adanya kendala untuk meningkatkan investasi di tanah air, terutama mengenai masalah perizinan. "Masalah perizinan itu semua akan kita perkuat. Itu memakan waktu, tetapi kita upayakan secara terus menerus," katanya. Meski demikian Boediono meyakini target pertumbuhan ekonomi pada tahun ini bisa mencapai 6,3 persen, sementara hingga 2009 diupayakan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,8 persen. "Kalau pertumbuhan ekonomi saya optimis 6,3 persen tahun ini. Dan tahun 2009 akan menuju 6,5 sampai 6,8 persen tetapi kita lihat suasana ekonomi," katanya. Sementara mengenai tingginya harga minyak dunia yang menyentuh 90 dolar AS per barel, Boediono mengatakan pihaknya masih mengamati tren kenaikan harga minyak itu, apakah akan terus naik hingga akhir tahun atau akan kembali turun. "Kita lihat apakah harga minyak ini akan naik terus atau akan turun, tetapi kalau terus tinggi akan ada pengaruhnya (pada ekonomi nasional)," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007