Bandarlampung (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menilai, dialog dengan kalangan sivitas akademika merupakan sarana yang efektif dalam pencegahan paham radikal dan terorisme di perguruan tinggi di Indonesia.
"Tidak mungkin dan bukan zamannya lagi melarang ceramah di masjid kampus," kata Sekretaris Utama BNPT Marsda TNI Dr A Adang Supriyadi, usai memberikan kuliah umum di auditorium Fakultas Hukum Universitas Lampung (Unila), di Bandarlampung, Jumat.
Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) ini menilai, saat ini kampus merupakan sarana strategis untuk pencegahan radikalisme dan terorisme. Salah satu upaya strategis pencegahannya adalah melalui dialog, seperti diskusi atau yang sering disebut FGD (focus group discussion).
Adang menjelaskan, berdasarkan penelitian, keluarga dapat menjadi pintu masuk paham radikal dan terorisme bagi anaknya. Ia mencontohkan, seorang anak mendapatkan paham radikal dan akhirnya menjadi teroris karena doktrin dari ayahnya.
Sehari sebelumnya, Adang di depan ratusan pelajar se-Lampung pada kegiatan Lomba Video Pendek dan Diskusi Film, di Hotel Horison Bandarlampung (14/3) mengajak para pelajar untuk tidak saling mengejek dan mencaci-maki sesama, apalagi terhadap guru. Saling mengejek dapat menjadi awal radikalisme.
Pada Lomba Video Pendek dan Diskusi Film yang digelar BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Lampung itu, SMK Pelita Kabupaten Pesawaran dengan video berjudul "Warna" meraih juara pertama. Sedangkan karya berjudul "Merdeka" dari SMKN 7 Bandarlampung, dan "Mengapa" garapan SMAN 12 Bandarlampung masing-masing menjadi juara kedua dan ketiga.
"Tiga sekolah tersebut mewakili Lampung dalam Lomba Video Pendek ke tingkat nasional," kata Ketua Bidang Pemuda dan Pendidikan FKPT Lampung Isbedy Stiawan ZS yang juga sastrawan mancanegara asal Lampung ini pula.
Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019