Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menilai asumsi harga minyak untuk tahun 2007 sebesar 60 dolar AS per barel masih aman, namun pemerintah terus mewaspadai pergerakan harga minyak internasional yang sempat mencapai 90 dolar AS per barel. "Sampai sekarang sampai 2007 kita masih aman, tetapi kita harus waspada karena kadangkala peristiwa-peristiwa politik internasional mempengaruhi harga minyak. Kita belum tahu," kata Menko Perekonomian, Boediono, usai halal bihalal di Jakarta, Senin. Menurut Boediono, kenaikan harga minyak yang terjadi saat ini tidak terlepas dari kondisi keketatan antara demand dan supply. "Ini sudah berlangsung cukup lama. Dalam kondisi demand dan supply yang ketat, kejadian-kejadian tertentu itu bisa menyentil harga untuk naik. Misal, di Turki ada masalah kemungkinan intervensi militer ke Irak (untuk menyerang suku Kurdi), demikian juga masalah di Iran," katanya. Berbagai peristiwa atau kejadian itu, tegas Boediono, tentunya akan menjadi sumber "sentilan" terhadap pasokan dan permintaan yang cukup ketat. "Ini kita lihat saja nanti bagaimana apakah bisa nanti kembali pada tingkat yang paling tidak seseuai dengan fundamentalnya," katanya. Ketika ditanya apakah harga minyak dapat kembali ke 60 dolar AS, Boediono mengatakan belum mengetahui, namun untuk tahun 2008 pemerintah terus mewaspadai pergerakannya. "Kewaspadaan memang harus kita kedepankan, terutama menyangkut anggaran belanja negara atau fiskal yang memang merupakan jangkar dari kestabilan di setiap negara. Jadi kita akan tetap jaga itu," katanya. Mengenai dampak kenaikan harga minyak terhadap APBN 2007, Boediono menegaskan tidak akan terlalu besar karena 2007 tinggal beberapa bulan saja. "Di awal-awal cukup rendah (harga) rata-ratanya, tidak terlalu meleset dari bottom line fiskal balance kita, neraca fiskal kita," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007