Yogyakarta (ANTARA) - Pengamat politik dan pemerintahan dari Universitas Gadjah Mada, Mada Sukmajati berharap debat cawapres pada 17 Maret mendatang tidak terjebak pada isu-isu yang bersifat personal.
"Kita kondisikan isunya yang programatik, tidak isu yang bersifat personal, fisik, dan tampilan yang tidak terlalu mendidik," kata Mada di Fisipol UGM, Yogyakarta, Jumat.
Menurut Mada, banyak isu strategis soal pendidikan, ketenagakerjaan, sosial-budaya, serta kesehatan yang dapat ditonjolkan dalam debat yang akan mempertemukan Cawapres nomor urut 1 Ma'ruf Amin dan Cawapres nomor urut 2 Sandiaga Salahuddin Uno.
Berdasarkan penelitian Departemen Politik dan Pemerintahan UGM isu yang banyak diperbincangkan menjelang debat di media sosial dapat menjadi referensi kedua calon, di antaranya mengenai harga sembako, tarif listrik, toleransi, pengangguran, TKI, infrastruktur sekolah, serta BPJS Kesehatan.
"Kami berharap isu yang terekam dalam percakapan menjelang debat cawapres dapat muncul di panggung debat," kata dia.
Meski demikian, ia khawatir apabila isu-isu strategis tersebut tidak dikawal, debat menjadi tidak menarik karena kedua cawapres saling menghormati, atau terjebak pada isu-isu yang mengacu pada tampilan fisik, gaya, atau karisma.
Mada mengakui adanya kesan bahwa masyarakat, khususnya kelompok millenial tidak terlalu berminat dengan debat cawapres. Padahal isu-isu yang bisa diangkat dalam debat cawapres tidak kalah penting dengan debat capres.
"Saya berharap publik, khususnya para pemilih yang belum menentukan keputusannya, bisa mengikuti debat ini karena programnya cawapres yang diperdebatkan juga program capres, mereka kan satu kesatuan," kata Mada.*
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019