Surabaya (ANTARA) - Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) berencana menambah program studi baru yang berkaitan dengan pengembangan teknologi informasi guna menghadapi era revoluasi industri 4.0.
Komandan STTAL Laksamana Pertama TNI Ir Avando Bastari M.Phil kepada wartawan di Surabaya, Jumat, mengemukakan, sejumlah program studi (prodi) baru telah disiapkan, baik jenjang strata satu (sarjana) maupun diploma tiga (D3), dan diharapkan bisa direalisasikan pada tahun 2020.
"Mudah-mudahan tahun 2020 bisa direalisasikan, karena sekarang masih disiapkan sarana dan prasarana pendukungnya. Tahun 2020, STTAL diharapkan juga mampu menghasilkan guru besar, khususnya bidang teknologi keangkatanlautan," katanya usai menjadi inspektur upacara Dies Natalis ke-53 STTAL.
Sejumlah prodi yang rencananya dibuka, antara lain teknologi siber, analisa jaringan, software maupun hardware jaringan, manajemen teknologi keangkatanlautan, dan teknologi operasi.
Saat ini, STTAL memiliki satu program pascasarjana (S2) jurusan Analisis Sistem dan Riset Operasi (ASRO), program S1 dengan empat jurusan meliputi Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Manajemen Industri, dan Hidro Oseanografi. Keempat jurusan itu juga dibuka untuk program D3.
Menurut Laksma Avando, banyak tantangan global yang dihadapi STTAL memasuki era revolusi industri 4.0, khususnya di bidang teknologi, sehingga ke depan STTAL diharapkan mampu terus meningkatkan kualitas pendidikan untuk menghasilkan calon pemimpin TNI maupun TNI AL yang menguasai teknologi, pertahanan maupun kemaritiman.
"Selain menguasai teknologi, ke depan juga sangat dibutuhkan pemimpin yang memiliki karakter, bermoral dan memiliki jasmani prima. STTAL berusaha merealisasikan itu," tambahnya.
Dalam usia 53 tahun, lanjut Laksma Avando, lembaga yang dipimpinnya telah banyak menciptakan hasil pengembangan teknologi di bidang pertahanan dan kemaritiman, baik yang dihasilkan mahasiswa maupun dosen peneliti.
Avando menyebut beberapa contoh hasil karya mahasiswa STTAL yang menjadi cikal bakal kemajuan industri pertahanan Indonesia ke depan, seperti tank tempur tanpa awak dengan sistem pengendali jarak jauh, serta purwarupa "drone" untuk topografi dan pengintaian yang sistem "landing" vertikal.
"Ke depan, 'prototype' drone itu bisa dikembangkan sesuai kebutuhan dengan menambah peralatan apa saja untuk keperluan TNI dan bisa sebagai pengganti heli antikapal selam. Masih perlu riset lanjutan untuk pengembangannya," jelas Laksma Avando.
Secara terpisah, Sertu (Nav) Oscar Panji selaku pencipta purwarupa drone landing vertikal, mengemukakan bahwa pesawat tanpa awak hasil karyanya ini perlu pengembangan dan riset lebih lanjut untuk peningkatan kemampuannya.
"Saat ini daya jelajahnya baru sekitar 2-3 kilometer dengan lama terbang sekitar 30 menit. Ke depan akan dikembangkan dengan menggunakan mesin gasoline dan panjang sayap delapan meter, sehingga ketahanan terbangnya bisa sampai dua jam," jelasnya.
Menurut Oscar, pesawat tanpa awak ini nantinya bisa difungsikan untuk pengambilan data sasaran, berikut koordinatnya, karena dilengkapi dengan peralatan telemetri.
Pewarta: Didik Kusbiantoro
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019