Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Malaysia ingin menjaga hubungannya secara baik dengan Indonesia dan berbagai upaya dilakukan agar hubungannya tidak tercederai sikap sebagian pihak di Malaysia, seperti terjadi dalam beberapa kasus yang menimpa WNI. "Kita mencoba berbagai upaya, yang penting adalah untuk merapatkan hubungan Indonesia dengan Malaysia. Bukannya merenggangkan hubungan itu," kata Dubes Malaysia Dato` Zainal Abidin Zain di sela-sela open house dalam rangka Idul Fitri 1428 H di Kediaman Wakil Ketua Komisi I DPR Yusron Ihza Mahendra di Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Minggu. Sejumlah diplomat negara lain tampak hadir dalam kegiatan ini. Sejumlah anggota Komisi I juga hadir, antara lain Wakil Ketua Komisi I DPR Arief Mudatsir Mandan (PPP), Sidki Wahab (Partai Demokrat) dan Yuddy Chisnandy (Golkar). Dubes Malaysia mengemukakan, berbagai langkah yang telah ditempuh Kedubes Malaysia beserta jajaran pemerintah diarahkan untuk meningkatkan kerjasama dan memberi keuntungan bagi kedua negara. "Baru-baru ini masalah timbul, coba itu dipikirkan sendiri oleh pers di sini. Adakah akan merusak hubungan kedua negara," katanya. Dia berharap, dalam menyikapi kasus-kasus yang telah terjadi, publik dan pers Indonesia dapat memilah apakah kasus itu sebagai tindakan individu atau kebijakan pemerintah. Yang menjadi menjadi masalah terkait kasus-kasus terhadap TKI dan WNI adalah perbuatan perorangan, bukan kebijakan pemerintah. "Kerajaan Malaysia, sebagaimana diketahui, kita mendedahkan, supaya kasus-kasus itu diekspos. Kerajaan Malaysia mendorong supaya diekspos perbuatan-perbuatan tidak `fair. Jadi janganlah disamakan perbuatan individu dengan kebijakan Kerajaan Malaysia," katanya. Dato Zainal Abidin Zain mengemukakan, terhadap sejumlah kasus yang menimpa TKI dan WNI terutama penangkapan terhadap istri diplomat RI di Kualalumpur, pihaknya telah meminta maaf kepada publik Indonesia. "Itu saya sudah minta maaf kepada semua yang ada di sini. Ini telah kami laporkan," katanya. Menurut Dato` Zainal, Malaysia menyatakan kasus itu sangat tidak diinginkan. "Kita akan mengambil tindakan-tindakan untuk memperbaiki diri kita sendiri. Apa-apa yang tidak perfect kita perbaiki. Jadi tidak perlu kita besar-besarkan," katanya. Dubes Malaysia berharap, laporan kasus-kasus yang terjadi benar-benar didasarkan pada fakta. Pihaknya baru-baru ini menerima laporan tentang seorang TKI yang diperkosa 12 orang Malaysia, termasuk anggota Rela. Setelah ditelusuri, ternyata laporan itu tidak benar dan tidak ada anggota Rela yang terlibat kasus itu. "Kita harapkan laporan yang benar. Kalau sudah membuat laporan salah, dibenarkan. Tetapi ini tidak, terus-menerus dilaporkan 12 Rela. Itu tidak benar," katanya. Dubes Malaysia menyatakan, tidak ada maksud dan keinginan Malaysia untuk merendahkan warga Indonesia. Dulu di koran-koran Malaysia ada kata "Indon" tetapi sekarang istilah itu tidak lagi ditemukan. Kata "Indon" tidak dimaksud untuk merendahkan martabat orang Indonesia. "Setelah diketahui pihak Indonesia tidak mau digunakan kata `Indon`, coba lihat dalam surat kabar Malaysia digunakan terus-menerus, kecuali sekali-sekali. Sebenarnya tidak ada lagi istilah itu," katanya. Untuk menjaga hubungan baik kedua negara, kata Dubes, saat ini sedang dijajaki oleh Departemen Luar Negeri kedua negara mengenai pertemuan Presiden SBY dengan PM Malaysia Abdullah Badawi. "Kita sedang merancangkan kepada tanggal yang sesuai untuk kedua pihak bertemu," katanya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007