Manila (ANTARA News) - Korban tewas dalam ledakan bom di sebuah pusat perbelanjaan (mall) di Manila meningkat menjadi 11 orang sementara pihak berwajib memeriksa laporan-laporan bahwa satu kelompok yang punya hubungan dengan Al Qaeda berada dibelakang serangan itu. Seorang pria berusia 24 tahun meninggal di rumah sakit Minggu pagi akibat luka yang dialaminya dalam serangan bom Jumat di pusat perbelanjaan Glorietta di lokasi bisnis Kota Makati, sementara para anggota tim penyelamat menemukan mayat seorang wanita berusia 23 tahun Sabtu petang. Dewan Kota Makati Junjun Binay mengatakan 120 orang cedera dalam ledaskan itu tetapi sebagian besar mereka telah diizinkan pulang setelah diobati di rumah-rumah sakit terdekat. Pihak berwajib tidak mengidentifikasi seorang tersangka dalam serangan bom itu, tetapi seorang pria yang mengakui menjadi jurubicara bagi Gerakan Rajah Solaiman (RSM) yang punya hubungan dengan Al Qaeda mengaku bertanggungjawab atas serangan itu. Kelompok garis keras Muslim itu melancarkan serangan-serangan sebelumnya di negara itu, termasuk serangan bom di sebuah kapal penumpang tahun 2004 dan serangan-serangan bom di Manila dan Filipina selatan tahun 2005 yang menewaskan 12 orang. Letkol Bartolome Bacarro, jurubicara militer, mengatakan militer masih memverifikasi pernyataan itu. "Belum ada keabsahan dari laporan itu," katanya. "RSM secara tradisional dikenal melakukan serangan bom tetapi kami tidak bisa mengatakan bahwa mereka berada dibalik ledakan itu." Penasehat Keamanan Nasional Norberto Gonzales, mengatakan para ahli forensik asing , khususnya dsri AS dan Australia membantu para pemeriksa lokal. Ia mengatakan Presiden Gloria Macapagal Arroyo menurut rencana akan membuka rapat keamanan nasional, Selasa dalam usaha membicarakan tindakan-tindakan untuk mencegah terulangnya serangan seperti itu. Para anggota parlemen oposisi menyatakan kecurigaan mereka bahwa ledakan bom itu bisa dilakukan oleh pasukan pemerintah untuk mengalihkan perhatian rakyat dari satu skandal korupsi baru yang melibatkan pemerintah Arroyo, demikian DPA.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007