Sering mengalami, bahkan ketika wilayah Pasir Putih belum masuk listrik, saya pakai HP atau senter biasa untuk melihat kondisi ibu yang berjuang melahirkan bayinya,

Mataram (ANTARA) - Nurmila, bidan di Puskesmas Desa Bajo Pulau, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, terpaksa menggunakan lampu senter telepon seluler (HP) ketika membantu ibu-ibu menjalani proses persalinan pada malam hari karena listrik sering padam.

"Sering mengalami, bahkan ketika wilayah Pasir Putih belum masuk listrik, saya pakai HP atau senter biasa untuk melihat kondisi ibu yang berjuang melahirkan bayinya," kata Nurmila, ketika ditemui di Desa Bajo Pulau, Kamis.

Hingga saat ini, kata dia, kondisi listrik di daerah itu masih sering menyala bergilir pada malam hari. Sedangkan pada siang hari padam total.

Padahal, menurut dia, listrik sangat dibutuhkan pada malam hari. Terlebih, jumlah ibu-ibu hamil di desanya mencapai puluhan orang dan tidak bisa dipastikan kapan waktunya melahirkan.

"Pada awal Maret 2019, saya mendapat telepon ada salah seorang ibu mau melahirkan. Begitu sampai di rumahnya listrik padam. Akhirnya senter HP saya pakai. Begitu bayi lahir, saya tinggalkan ibunya dalam kondisi kegelapan karena urus bayinya dulu," ucap Nurmila.

Ia juga menceritakan pengalaman-pengalamannya membantu persalinan pada waktu tengah malam dan dini hari dalam kondisi listrik padam.

Bahkan, ketika harus mengantar ibu hamil dirujuk ke Puskesmas Sape, harus rela berjalan kaki di tengah kegelapan naik turun bukit menuju dermaga untuk menyeberang ke Pelabuhan Sape.

"Pernah ada yang dirujuk ke Puskesmas Sape karena mengalami proses persalinan lama. Harusnya pukul 24.00, tapi hingga pukul 03.00 WITA belum ada perubahan, akhirnya dirujuk. Saya bersama suami pasien jalan kaki ke dermaga dengan penerangan lampu senter telepon genggam," tutur perempuan yang sudah hampir tujuh tahun menjadi bidan sukarela dengan gaji Rp150 ribu per bulan itu.

Sementara itu, Manager PLN Area Bima, Dony Gustiarsyah, yang dihubungi terpisah, mengakui jika kondisi kelistrikan di Desa Bajo Pulau, Kecamatan Sape, hanya menyala selama 12 jam, yakni mulai pukul 18.00 hingga 06.00 WITA.

Ia menyebutkan daya mampu pembangkit listrik tenaga diesel yang dibangun di desa tersebut sebesar 49.900 kilo Watt (kW), dengan beban puncak 48.012 kW, sehingga ada cadangan 1.888 kW.

"Jumlah pelanggan PLN Area Bima di Desa Bajo Pulau, sebanyak 459 pelanggan," katanya.

PLN, kata dia, sudah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Bonto, berkapasitas 50 mega Watt (MW).

Pembangkit tersebut diharapkan akan mampu mengatasi defisit energi listrik di Area Bima, termasuk di Desa Bajo Pulau.

Baca juga: Masyarakat Pulau Moyo NTB sulit kembangkan perekonomian karena listrik

Pewarta: Awaludin
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2019