Jakarta (ANTARA News) - PT PLN (Persero) akan menandatangani setidaknya sembilan kontrak jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) dengan pengembang proyek pembangkit listrik swasta (independent power producer/IPP) pada Oktober-Nopember ini. Deputi Direktur Pengelolaan IPP PLN Nasri Sebayang di Jakarta, Minggu mengatakan, proyek-proyek yang berlokasi di luar Jawa tersebut akan memenuhi kebutuhan daya listrik yang semakin meningkat dalam beberapa tahun ke depan. "Sebagian besar proyek itu dikelola pengembang lokal," katanya. Namun, Nasri melanjutkan, meski dikelola pengembang lokal, sebagian besar peralatan seperti turbin dan generator berasal dari China. Kesembilan proyek itu adalah PLTU Kaltim 2x60 MW dengan pengembang PT Indonesia Power dan PT Ridlatama Energy; PLTA Poso 160 MW dengan pengembang PT Poso Energy; PLTU Molotabu, Gorontalo 2x10 dengan PTB Energy Gorontalo; PLTU Nunukan, Kaltim 2x10 MW dengan PT Indonesia Power, dan PLTU Palu 2x10 MW dengan PT Indonesia Power. Selain itu, PLTP Sarulla, Sumut 3x110 MW dengan konsorsium PT Medco Energy 37,5 persen, Kyushu Electric Power Company Inc (Jepang) 25 persen, Itochu Corporation (Jepang) 25 persen, dan Ormat International Inc (AS) 12,5 persen. Kemudian PLTU Minahasa 2x50 MW dengan PT Minahasa Power dan WTL dari Malaysia; PLTU Baturaja, Sumsel 2x100 MW dengan PT Priamanaya, PLTU Simpang Blimbing, Sumsel 2x113 MW dengan konsorsium PT Energy Musi Makmur dan Gou Hua (China). Menyusul, lanjut Nasri, IPP yang akan menandatangani PPA di bulan Desember antara lain PLTU Ambon 2x6 MW dan PLTU Ternate 2x6 MW. Setelah menandatangani PPA, pengembang diwajibkan menyelesaikan kewajiban keuangan (financial closing) paling lama 12 bulan dengan menyerahkan uang jaminan antara 1-2,5 persen dari nilai proyek. "Kalau dalam waktu 12 bulan, pengembang tidak dapat menyelesaikan financial closing maka uang jaminan akan hilang," katanya. Setelah selesai financial closing," pengembang akan melakukan pekerjaan konstruksi selama 30-36 bulan untuk pembangkit berkapasitas di atas 100 MW. Sedang, pembangkit di bawah 100 MW seperti 2x6 MW bisa diselesaikan selama 24 bulan. Proyek-proyek itu merupakan bagian dari rencana PLN membangun pembangkit melalui pola IPP sebesar 30.119 MW hingga 2015. Selain PLN juga sedang mengerjakan program percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW yang direncanakan beroperasi 2009-2010. Proyek 30.000 MW IPP tersebut mencakup 127 paket pembangunan pembangkit yang terdiri atas 37 paket berkapasitas 12.527 MW sedang tahap evaluasi dan usulan studi, 22 paket berkapasitas 8.760 MW pada tahap perundingan , dan 16 paket berkapasitas 1.753 MW pada tahap finalisasi PPA. Berikutnya, 32 paket pembangunan pembangkit dengan kapasitas 2.478 MW sedang financing closing, enam IPP berkapasitas 470 MW pada tahap konstruksi, dan 14 paket berkapasitas 4.131 MW lainnya sudah beroperasi. Sebelumnya, Dirut PLN Eddie Widiono mengakui kemungkinan melesetnya target penyelesaian seluruh pembangkit pada 2015. Namun, ia memperkirakan, IPP 30.000 MW tersebut bisa selesai dalam 10 tahun ke depan yaitu sekitar 2017. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007