Jakarta (ANTARA News) - Perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan masih akan mendapat tekanan dari melambungnya harga minyak dunia dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak fluktuatif.
"Pergerakan indeks BEJ akan berfluktuatif, karena masih terpengaruh melambungnya harga minyak mentah yang menyentuh level 90 dolar AS per barel," kata Analis Riset PT Panin Capital Luki Aryatama kepada ANTARA News di Jakarta, akhir pekan ini.
Menurut Luki, naiknya harga minyak ini membuat kekhawatiran negara dunia akan menekan inflasi dan memunculkan kekhawatiran akan krisis di dunia.
"Jika harga minyak melonjak dengan cepat akan membuat
shock (kaget) pasar. Namun jika kenaikannya perlahan indeks tidak terlalu tertekan," jelasnya.
Dia juga mengungkapkan bahwa saham-saham dari sektor pertambangan akan tetap bertahan dan kemungkinan akan menguat karena terimbas naiknya harga minyak yang akan berpengaruh terhadap pendapatannya.
Luki mengatakan bahwa pola perdagangan pekan depan masih seperti pada pekan ini yang bergerak dua arah dan cenderung karena pengaruh bursa regional dan kekhawatiran tingginya harga minyak.
Pada pekan ini IHSG ditutup di 2.563,752 atau menurun cukup tajam 74,461 poin (2,82 persen) dibanding penutupan pada pekan sebelumnya di 2.638,213.
Sedangkan indeks LQ45 kelompok 45 saham unggulan ditutup melemah 16,184 poin (2,83 persen) menjadi 555,074 dibanding pada pekan sebelumnya yang berada di posisi 571,258.
Anjloknya indeks BEJ pada pekan ini lebih disebabkan oleh aksi ambil untung (profit taking) oleh pelaku pasar setelah sebelumnya mengalami kenaikan cukup tinggi dan harga minyak dunia.
Selama sepekan ini, posisi investor masih menunjukkan `net buy` (beli netto) mencapai Rp148,511 miliar.
Sedangkan rata-rata volume perdagangan mencapai 4,315 miliar saham dengan nilai rata-rata Rp5,743 triliun. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007