"Pemerintah daerah harus hadir untuk melindungi masyarakat dari bencana alam. Maka harus kita rencanakan, pembangunan harus membuat masyarakat nyaman tanpa rasa takut terhadap bencana," kata bupati di Wasior, Rabu.
Bupati menginginkan ada langkah konkret untuk membangun ketahanan masyarakat terhadap bencana dengan mengintensifkan program PRB. Bagi Imburi ini penting mengingat Teluk Wondama merupakan daerah dengan tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana alam terutama banjir, longsor dan tsunami.
“Mengingat situasi dan kondisi alam di Kabupaten Teluk Wondama maka diminta agar hal-hal yang terkait dengan bencana alam juga masuk dalam perencanaan pembangunan, baik yang menyangkut antisipasi bencana, mitigasi bencana maupun penanganan pascabencana,“ kata dia lagi.
Bencana alam berupa banjir bandang dashyat pernah melanda Wasior pada 2010 silam. Luapan air bah yang datang tiba-tiba tidak hanya meluluhlantakkan kota Wasior tetapi juga merenggut nyawa ratusan jiwa.
Tiga tahun berselang tepatnya pada 2013, banjir bandang kembali menerjang Wondama khususnya di bagian selatan kota Wasior meski dalam skala yang lebih kecil.
Berangkat dari fakta itu, Wakil Bupati Wondama Paulus Y Indubri pada wawancara terpisah minta agar ada kegiatan normalisasi sungai terutama yang dekat dengan pemukiman masyarakat.
Di Wasior, sebut dia, ada sejumlah sungai yang perlu jadi prioritas misalnya di wilayah Rado, Distrik Wasior yang sudah berulang kali meluap sehingga menyebabkan banjir hingga ke pemukiman warga.
“BPBD perhatikan kali-kali di Rado itu. Material harus dibersihkan terus karena jarak dari jembatan dengan permukaan kali itu tinggal 1 meter lebih. Harus dikeruk supaya tidak meluap dan jadi banjir yang mengancam masyarakat, “ ucap Indubri.
Baca juga: Presiden Jokowi direncanakan hadiri Bulan PRB Nasional
Baca juga: Wasior dilanda banjir dengan ketinggian capai 1 meter
Pewarta: Toyiban
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019