Australia dan Indonesia memahami bahwa demokrasi yang maju dan kuat yang saat ini dinikmati oleh kedua negara adalah berkat kemajemukan masyarakatnya."

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia dan Australia menggelar Dialog Lintas Agama pertama bertema "Sharing Experiences and Best Practices" (Berbagi pengalaman dan praktik terbaik) di Bandung pada 13-14 September 2019.

Hal itu disampaikan dalam keterangan tertulis dari Kementerian Luar Negeri RI yang diterima di Jakarta pada Rabu.

Indonesia dan Australia sepakat bergandeng tangan memperjuangkan perdamaian dunia dengan cara meningkatkan dan membangun hubungan baik jangka panjang antar agama dan kebudayaan, menekan persepsi-persepsi negatif antar identitas yang berbeda, dan mengatasi radikalisme.

Komitmen tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Cecep Herawan, pada pidato pembukaan Dialog Lintas Agama pertama Indonesia-Australia di Bandung, Rabu (13/3).

Pentingnya pelaksanaan Dialog Lintas Agama antara Indonesia dengan Australia itu berulang kali ditekankan oleh kepala pemerintahan kedua negara dalam kesempatan saling kunjung pada 2018.

Pada 31 Agustus 2018, kedua negara sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral ke tahap Kemitraan Komprehensif dan Strategis, dimana dalam kemitraan tersebut, Dialog Lintas Agama merupakan salah satu bidang yang disepakati untuk digalakan.

Kesamaan dalam hal keberagaman, khususnya dari segi etnik, bahasa dan agama, merupakan hal lain yang menjadikan Dialog Lintas Agama diantara kedua negara penting. Kedua negara dapat saling belajar dari pengalaman dan praktik-praktik terbaik yang telah dilaksanakan dalam menjaga keharmonisan dalam keberagaman di masing-masing negara.

Sebagai negara berpengaruh di kawasan, Indonesia dan Australia juga berkepentingan untuk menjaga keharmonisan di Asia Pasifik.

"Masyarakat Australia menjunjung tinggi nilai persatuan dalam kemajemukan dan menyadari bahwa pengakuan dan penghargaan terhadap keyakinan dan budaya yang berbeda-beda justru memperkuat masyarakat, bukan memperlemah," kata Gary Quinlan, Duta Besar Australia untuk Indonesia.

"Australia dan Indonesia memahami bahwa demokrasi yang maju dan kuat yang saat ini dinikmati oleh kedua negara adalah berkat kemajemukan masyarakatnya," lanjut Dubes Quinlan.

Dialog lintas agama merupakan wadah dalam meningkatkan hubungan baik antarumat beragama melalui dialog serta menjadi instrumen pemajuan demokrasi, pelindungan hak asasi manusia dan kebebasan fundamental, termasuk kebebasan untuk berpendapat, memeluk agama serta berekspresi.

Dialog Lintas Agama pertama Indonesia-Australia dihadiri oleh 80 orang peserta dari kedua negara yang terdiri dari pejabat pemerintahan, tokoh dan intelektual lintas agama, praktisi media, perwakilan kelompok pemuda, dan para tokoh berbagai agama di Bandung.

Forum dialog berlangsung dengan interaktif, dimana para peserta mendiskusikan isu-isu yang menjadi perhatian oleh kedua negara, antara lain demokrasi, agama, kemajemukan, kebebasan berekspresi.

Secara spesifik, forum tersebut menghasilkan kesepakatan untuk memajukan dan meningkatkan kerjasama di bidang pendidikan, media, kepemudaan dan peran serta kontribusi perempuan untuk perdamaian.

Dialog Lintas Agama telah menjadi fitur tetap diplomasi publik Indonesia sejak 2004. Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki 31 mitra Dialog Lintas Agama bilateral, dan Australia merupakan mitra Dialog Lintas Agama bilateral yang ke-32.

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019