New York (ANTARA News) - Harga minyak berakhir turun pada Jumat, setelah melesat mencapai rekor tertinggi di atas 90 dolar AS per barel di New York di tengah kekhawatiran pasokan global dan tak surutnya ketegangan antara Turki dan produsen minyak mentah Irak, kata para pedagang. Kontrak minyak berjangka utama New York, minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman November, ditutup turun 87 sen pada 88,60 dolar per barel. Namun pada awal perdagangan harganya sempat melonjak ke rekor 90,07 dolar, melampaui harga tertinggi sebelumnya 90,02 dolar pada Kamis. Di London, harga minyak mentah jenis Brent North Sea untuk pengiriman Desember turun 81 sen menjadi 83,79 dolar setelah mencapai rekor 84,88 dolar pada Kamis. "Berkurangnya ketakutan geopolitik menyediakan dukungan baik terhadap harga minyak," kata analis Andrey Kryuchenkov dari perusahaan broker Sucden di London. Pekan ini, harga minyak mentah telah memecahkan rekor karena Turki memberikan sebuah kemungkinan operasi militer di Irak Utara --dimana ladang minyak terbesar negeri bermasalah itu menjadi basis gerilyawan Kurdi. "Pasar minyak sedang melakukan aksi ambil untung jangka pendek," kata analis Citigroup, Tim Evans. Kurdi Irak telah menyatakan akan membalas setiap serangan ke wilayah mereka. Pasar juga resah setelah dolar AS turun. Penurunan greenback membuat harga komoditi dalam unit dolar AS menjadi lebih murah untuk para pembeli yang menggunakan mata uang yang menguat sehingga memicu permintaan minyak mentah, kata para analis. Dalam perdagangan Jumat pagi, mata uang tunggal Eropa melesat ke rekor tertinggi baru pada 1,4319 dolar. "Harga masih disokong oleh melemahnya dolar dan ketatnya pasokan bahan bakar jelang musim dingin," tambah Kryuchenkov. Permintaan bahan bakar pemanas meningkat selama periode puncak musim dingin di belahan bumi utara dan pasokan diperkirakan akan mengetat. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007