Padang (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres), M. Jusuf Kalla, menyayangkan sekira10 persen orang tergolong kaya di Indonesia kini berobat ke sejumlah rumah sakit di luar negeri sebagai bentuk ketidakpuasan pelayanan dan minimnya dokter spesialis di dalam negeri. "Orang kaya di negeri ini tergolong sedikit, dan itu pun mereka kebanyakan lebih suka berobat di luar negeri ketimbang dengan dokter di rumah sakit dalam negeri," kata Wapres Kalla, di Padang, Jumat. Dia menyatakan hal tersebut usai meninjau RSU Dr. M. Djamil didampingi Gubernur Sumbar, Gamawan Fauzi dan Direktur Utama RS Dr M Djamil, Suchyar Iskandar. Dalam peninjauan tersebut, Wapres menyatakan, dirinya cukup kaget dengan keadaan RS Dr M Djamil yang cukup luas dan dilengkapi sejumlah fasilitas tergolong canggih. Selama ini, Wapres mengaku hanya melihat orang-orang berlarian keluar gedung rumah sakit karena gempa di televisi, namun ternyata kondisi bangunan rumah sakit itu tergolong canggih. Untuk itu, Wapres mengingatkan, ke depan RS rujukan untuk wilayah Sumatera ini, harus terus meningkatkan pelayanan khususnya bagi korban gempa dan pelayanan untuk masyarakat miskin. Terkait kondisi dominan masyarakat tergolong kaya di Indonesia yang berobat ke luar negeri, menurut Wapres, hal itu satu bentuk ketidakpuasan sarana dan pelayanan yang diperoleh di rumah sakit di Indonesia, terutama minimnya tenaga dokter spesialis. Oleh karena itu, Wapres menyatakan, pemerintah akan sepenuhnya membiayai kuliah para dokter muda yang ingin mengambil spesialis, tentu dengan koordinasi dari rumah sakit setempat. "Kita akan biaya kuliah para dokter spesialis itu guna peningkatan kualitas sumber daya manusia," katanya dan menambahkan kini pemerintah tengah fokus untuk meningkatkan kinerja tiga departemen yakni pendidikan, infrastruktur dan kesehatan. Selain itu, Wapres juga menghimbau agar pejabat daerah jangan ikut-ikutan berobat ke luar negeri, namun memanfaatkan fasilitas di rumah sakit dalam negeri karena kondisinya tidak kalah dari luar negeri. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007