Angka inflasi ini menjadi di bawah target inflasi 2 persen, yang bisa menjadi salah satu faktor the Fed menunda atau akan mempertahankan kebijakan suku bunganya

Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi lanjut bergerak menguat seiring indikasi kebijakan moneter The Fed, bank sentral AS, yang lebih hati-hati atau "dovish".

Rupiah pada Rabu pagi ini bergerak menguat 17 poin menjadi Rp14.250 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.267 per dolar AS

Ekonom Samuel Aset Manjamen Lana Soelistianingsih di Jakarta, mengatakan, inflasi AS yang melambat pada Februari 2019 yaitu 1,5 persen (yoy), dinilai bisa jadi faktor yang menunda The Fed menaikkan suku bunga acuannya. Hal ini berdampak pada penguatan rupiah.

"Angka inflasi ini menjadi di bawah target inflasi 2 persen, yang bisa menjadi salah satu faktor the Fed menunda atau akan mempertahankan kebijakan suku bunganya," ujar Lana.

Dari AS, perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) tingkat inflasi untuk Februari 2019 tercatat 1,5 persen (yoy), melambat dibandingkan Januari 2019 yang sebesar 1,6 persen (yoy). Angka inflasi ini merupakan yang terendah sejak September 2018, dan turun sejak empat bulan berturut-turut.

Perlambatan inflasi ini karena turunnya harga dari bahan bakar minyak (gasoline) dan sandang. Sementara secara bulanan, inflasi naik 0,2 persen (bulan ke bulan/mom) karena mulai ada kenaikan harga energi, sewa, dan makanan.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.269 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.251 per dolar AS.

Baca juga: OECD pangkas prakiraan pertumbuhan ekonomi global 2019 dan 2020

Baca juga: Pemerintah bangun iklim usaha meski ekonomi global belum baik

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019