Jakarta (ANTARA) - Walaupun hari pemungutan suara Pemilihan Presiden dan Pemilihan Anggota DPD, DPR, DPRD provinsi, kota hingga kabupaten tinggal sekitar 36 hari lagi, kegiatan kampanye pasangan calon presiden-calon wakil presiden nomor 01 dan 02 berlangsung agresif.
Duet Joko Widodo- Ma'ruf Amin terus "bergerilya" ke berbagai kota, mulai dari Ibu kKot Jakarta, Tasikmalaya hingga Palembang. Sebaliknya pasangan dengan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno tak kalah gesitnya mendatangi ribuan, bahkan puluhan ribu calon pemilihnya di berbagai wilayah, seperti di Garut, Ciamis hingga berbagai daerah lainnya.
Joko Widodo yang masih menduduki jabatan Presiden Republik Indonesia, beberapa hari lalu di Jakarta berkumpul dengan banyak tukang bakso pada acara yang diberi nama "Bakso Merah Putih". Sebaliknya, Prabowo dapat disaksikan begitu banyak penonton televisi melemparkan baju yang dikenakannya untuk diperebutkan oleh para pendukungnya di sebuah kota.
Sementara itu, calon wakil presiden Ma'ruf Amin, seperti biasanya sangat rajin mendatangi berbagai pesantren untuk "merayu" para ulama serta santri dan santriwati. Sedangkan cawapres Sandiaga Uno berusaha "merapat" ke kaum muda alias milenial dengan cara berlari di sejumlah kota. Tak kalah, Sandiaga juga "mendekati" kaum emak-emak alias ibu-ibu.
Pilpres dan Pileg ini yang bakal berlangsung pada 17 April 2019 diharapkan bakal diikuti 192,8 juta calon pemilih di 34 provinsi dan 514 kabupaten dan kota. Jadi bisa dibayangkan betapa harus sibuknya kedua pasangan calon kepala negara serta wakil presiden tersebut.
Bahkan Sandiaga pada hari Senin (11/3) bertemu dengan sejumlah pengusaha asing misalnya dari Singapura di Jakarta untuk menjelaskan visi dan missinya selama lima tahun mendatang apabila dipercaya rakyat memimpin RI bersama Prabowo.
Teknik "merayu" calon pemilih itu tentu saja wajar alias normal dilakukan oleh capres dan cawapres ini. Namun pertanyaan mendasarnya apakah cara- cara mendekati 192,8 juta pemilih itu efektif atau tidak ataukah berguna atau tidak?
Jutaan calon pemilih bisa didekati melalui berbagai pendekatan, misalnya melalui debat calon presiden yang sudah dua kali berlangsung. Sementara itu, cawapres Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno baru akan "perang mulut" alias berdebat pada 17 Maret 2019.
Pada dua pertemuan sebelumnya, Joko Widodo dan Prabowo Subianto sudah "saling menyerang" di bidang politik, hak azasi manusia dan lain- lain. Sementara itu, Ma'ruf dan Sandiaga bakal "bertarung" tentang konsep-konsep mereka di bidang kesejahteraan sosial, ketenagakerjaan hingga pendidikan.
Sekalipun Jokowi dan Prabowo sudah "bersilat lidah" masyarakat bisa diperkirakan belum puas tentang kedua perdebatan itu. Karena itu, masyarakat tentu bisa berharap perdebatan Ma'ruf dengan Sandiaga bakal "seru" alias hangat.
Namun yang bisa menjadi penghambat adalah bahwa Sandiaga pernah berujar bahwa dirinya "rikuh" alias segan ataupun kagok saat harus berhadapan dengan kiai ini.
Cari suara
Kalau dilihat dari berbagai survei yang dilakukan berbagai lembaga penelitian, maka calon pemilih sudah bisa berpendapat bahwa pasangan nomor urut 01 lebih unggul jika dibandingkan dengan Prabowo- Sandiaga. Kok begitu ?
Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah Joko Widodo sejak bulan Oktober tahun 2014 sudah menjadi kepala pemerintahan. Jadi, mantan Wali Kota sSol dan juga mantan gGubernu DKI Jakarta ini telah bekerja selama empat tahun hingga saat ini. Jadi, dia bisa mempertontonkan kepada sekitar 262 juta rakyat Indonesia tentang hasil- hasil kerjanya.
Pembangunan jalan tol, bendungan dan berbagai prasarana dan sarana fisik adalah bukti yang kasat mata. Jadi rakyat sudah bisa melihat karya-karya nyatanya.
Bagaimana Prabowo-Sandiaga ? Prabowo pada masa lalu lebih banyak dikenal sebagai perwira tinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau ABRI. Dia pernah menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat atau Kostrad. Prabowo lama bertugas di Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat atau Kopassus.
Setelah berhenti dari dinas militer, masyarakat mengenalnya sebagai seorang pengusaha yang mempunyai hubungan bisnis dengan sejumlah negara Arab.
Sementara itu, Sandiaga dikenal sebagai seorang pengusaha yang ulet sehingga pernah menjadi Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia alias Hipmi.
Jadi Prabowo dan juga Sandiaga belum pernah menjadi seorang pejabat negara Republik Indonesia. Dengan demikian, bisa disebut, pasangan nomor urut 02 ini belum berpengalaman dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Di situlah tantangan bagi Prabowo-Sandiaga ini. Kecuali Sandiaga yang pernah menjadi Wagub DKI
Karena itu, pasangan nomor urut 02 ini harus berani atau sanggup menampilkan atau menyajikan gagasan-gagasan yang cemerlang dalam masa kampanye yang tinggal satu bulan lagi, yakni hingga 13 April mendatang.
Apabila Joko Widodo tinggal melanjutkan berbagai strategi dan program kerjanya, maka tugas utama Prabowo-Sandaiaga adalah memaparkan secara jelas visi dan misinya, program–program kerjanya lima tahun mendatang apabila diberi amanah oleh 262 juta orang Indonesia.
Kedua pasangan ini diketahui oleh rakyat telah didampingi oleh para pemikir yang kehebatannya tak perlu diragukan lagi. Akan tetapi yang menjadi penghambat atau masalah adalah banyak relawan, pendukung atau tim kampanye yang acapkali berbicara "semaunya sendiri".
Akibatnya, maka di Tanah Air kini akrab dengan istilah "hoaks" atau ujaran kebencian, yakni omongan yang asal saja dilontarkan tanpa memikirkan bahwa "omdo" (omong doang) itu tak berdasar sama sekali.
Di negara mana pun juga, kampanye sering diisi dengan ucapan yang asal bunyi. Akan tetapi perlu atau bahkan harus diingat bahwa di Tanah Air, sekitar 69 persen penduduk hanya berpendidikan sekolah menengah pertama (SMP) atau tidak tamat.
Jadi bisa dibayangkan bahwa sebagian besar rakyat NKRI ini masih terbatas pengetahuannya, walaupun detik ini sudah banyak warga Indonesia yang akrab dengan jaringan internet, telepon genggam, gawai dan berbagai peralatan telekomunikasi canggih lainnya.
Jadi seluruh jaringan pasangan calon presiden serta calon wakil presiden nomor urut 01 dan 02 ini selama satu bulan mendatang pada masa kampanye ini harus mau dan mampu menjaga mulut mereka agar tidak menghina, ataupun menyinggung lawan karena masa kampanye sama sekali tidaklah bertujuan mencari musuh atau lawan. (*)
*) Penulis adalah wartawan LKBN Antara tahun 1982-2018, pernah meliput acara-acara kepresidenan tahun 1987-2009
Copyright © ANTARA 2019