Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR, Hafiz Zawawi, mengatakan kenaikan harga minyak mentah dunia hingga menembus level 90 dolar AS per barel akan mendorong penerimaan pajak dari sektor migas, sehingga menutupi kebutuhan anggaran untuk mengimpor minyak produk. "Sisi penerimaan perpajakan masih diuntungkan dibandingkan dengan subsidi yang harus dikeluarkan," kata Hafiz kepada ANTARA, Jumat. Menurutnya, kenaikan 1 dolar AS per barel artinya surplus sekitar Rp50 miliar dari hasil penjualan minyak mentah Indonesia, sehingga target pajak penghasilan migas Rp37,267 triliun akan bisa terlampaui. "Kalau dari sisi APBN kita tidak rugi apapun dengan kenaikan itu," jelasnya. Dijelaskannya, memang asumsi tersebut sangat sensitif dengan asumsi lifting minyak 2007, 950 ribu barel per hari. "Tapi kita sangat optimis bahwa 950 ribu barel per hari bakal tercapai karena itu merupakan batas bawah dari usulan pemerintah saat pembahasan," katanya. Sehingga, tambahnya, yang harus diperhatikan pemerintah saat ini adalah konsumsi BBM bersubsidi sehingga tidak melebihi kuota BBM bersubsidi dalam APBNP 2007, yaitu 36,1 juta kiloliter yang terdiri atas kuota premium 16,6 juta kiloliter, minyak tanah 9,6 juta kiloliter, dan solar 9,9 juta kiloliter. (*)
Copyright © ANTARA 2007