Kerusakan disebabkan karena banyaknya alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit. pertambakan dan faktor alam lainnya
Langkat (ANTARA) - Kerusakan hutan mangrove di Desa Selotong Kecamatan Secanggang, Langkat, Sumatera Utara, hingga kini diperkirakan mencapai 650 hektare disebabkan alih fungsi menjadi perkebunan sawit dan pertambakan, kata pejabat berwenang
Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Wampu dan Sei Ular, Heru Winarto, di Langkat, Selasa, mengatakan 640 hektare lahan hutan mangrove (bakau) yang sudah rusak tersebut harus segera diantisipasi dengan dilakukan penanaman kembali.
"Kerusakan disebabkan karena banyaknya alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit. pertambakan dan faktor alam lainnya," katanya.
Padahal, kata dia, hutan mangrove tersebut memiliki banyak fungsi dan mamfaat di antaranya bisa menanahan ombak (abrasi), tempat tumbuh dan berkembang biaknya biota laut seperti ikan, udang, kepiting, serta tempat berlindungnya mamalia lainnya seperti monyet.
"Kalau sampai kondisi tersebut dibiarkan berlarut tentunya akan berdampak pada ekositem alam disana. Tentunya kita sangat mengharapkan kepada masayrakat agar sama-sama menjaga kelestarian hutan bakau," katanya.
Selotong Imran, salah seorang warga setempat, mengatakan, saat ini sudah ada upaya untuk perbaikan yang dilakukan dengan menanam kembali di atas lahan seluas dua hektare dengan 2.000 batang pohon mangrove.
Selain itu juga akan ditanam 5.000 batang pohon bibit lainnya yang disumbangkan dari Kemeneterian Kehutanan maupun swadaya dari relawan, katanya.
"Direncanakan lahan yang rusak yang berada di Desa Selotong itu, akan diupayakan untuk dilakukan penanaman kembali," katanya.
Baca juga: Kerusakan hutan mangrove Langkat sangat mengkhawatirkan
Baca juga: Hutan mangrove Langkat kawasan wisata belajar
Pewarta: Juraidi dan imam Fauzi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019