Banjarmasin (ANTARA News) - Buah-buahan khas Kalimantan Selatan seperti maritam, siwau, asam hutan kian langka setelah pohon buah-bauah tersebut terus ditebangi untuk dijadikan bahan baku kayu gergajian. Demikian keterangan warga di bilangan Kabupaten Balangan kepada wartawan ANTARA News saat melakukan mudik lebaran, Kamis. Berdasarkan keterangan penduduk Desa Panggung, buah khas yang sudah langka antara lain jenis maritam (buah sejenis rambutan tapi tidak berbulu), siwau (juga jenis rambutan juga tidak berbulu), asam hurang (mangga kecil rasanya manis). Jenis buah-buahan lain yang pohon kayunya terus ditebangi antara lain tandui (sejenis mangga tetapi rasanya sangat kecut, biasanya disenangi hanya dijadikan rujak), lahung (sejenis durian berbulu panjang dan lancip dengan warna kulit merah tua), serta mantaula (sejenis durian berkulit tebal berduri besar rasanya khas). Buah-buahan yang hanya berada di pedalaman Kalimantan khususnya di Pegunungan Meratus tersebut dicari lantaran pohonnya selalu besar sehingga bila dijadikan kayu gergajian maka volume kayu gergajiannya banyak. "Sejak sepuluh tahun terakhir ini, kayu buahan tersebut ditebang, diambil kayunya untuk dijual dan untuk bahan bangunan pembangunan rumah penduduk," kata Rusli penduduk setempat. Perburuan kayu buah-buahan tersebut terjadi setelah kayu-kayu besar dalam hutan sudah kian langka pula, menyusul terjadinya penebangan kayu dalam hutan secara besar-besar dalam dekade belakangan ini. Sementara permintaan kayu untuk dijadikan vener (bahan untuk kayu lapis) terus meningkat, setelah kayu-kayu ekonomis dalam hutan sudah sulit dicari, Bukan hanya untuk vener, kayu-kayu dari pohon buah itu dibuat papan untuk dinding rumah penduduk atau dibuat balokan serta kayu gergajian. Beberapa warga menyayangkan penebangan kayu buah tersebut lantaran jenis kayu ini adalah kayu yang berumur tua. "Kalau sekarang ditanam maka mungkin 50 tahunan bahkan ratusan tahun baru kayu itu besar," kata warga yang lain. Sebagai contoh saja, jenis pohon buah lahung yang ditebang adalah pohon yang ratusan tahun usianya makanya pohon lahung yang banyak ditebang ukuran garis tengahnya minimal satu meter. Warga mengakui agak sulit melarang penebangan kayu pohon buah tersebut lantaran itu kemauan pemilik lahan dimana pohon itu berada, sebab pohon itu sebelum ditebang dijual dengan harga mahal sehingga oleh pemilik lahan dianggap menguntungkan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007