Kediri (ANTARA News)- Juru kunci Gunung Kelud, Mbah Ronggo, tampaknya ingin mengikuti jejak Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi.
Mbah Ronggo yang aslinya bernama Parjito hingga kini masih enggan mengungsi dari rumahnya di Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kec Ngancar, Kab Kadiri, Jatim, sekalipun sudah "dirayu" oleh Kapolres Kediri, AKBP Eky Hari Festianto.
"Kami sudah meminta Mbah Ronggo untuk segera mengungsi ke tempat yang sudah disediakan," kata Kapolres Kediri usai menemui Mbah Ronggo di rumahnya, Kamis (18/10).
Keengganan warga untuk mengungsi saat ini, juga karena Mbah Ronggo belum mengungsi. Setelah bertatap muka dengan warga, Kapolres bergegas menuju rumah Mbah Ronggo yang berjarak sekitar 10 km dari kantor Kecamatan.
Setelah berdialog selama 30 menit, juru kunci berusia 64 tahun tersebut, tetap kukuh pada pendiriannya, untuk tidak mengungsi saat ini.
Mbah Ronggo yang memiliki dua istri, Mulyasih (58) dan Mulyatim (32) ini menyatakan, ia akan mengungsi kalau gunung Kelud (1.731 mdpl) benar-benar meletus.
"Sekarang kan belum meletus, kalau sudah meletus saya akan mengungsi, tanpa ada perintah dan tekanan dari pihak manapun," kata juru kunci yang sehari-hari berprofesi sebagai petani tersebut.
Ia mengaku tidak pernah menghimbau warga sekitar Gunung Kelud untuk tidak mengungsi. Karena itu ketika ia dimintai pertanggungjawaban atas keselamatan warga oleh Kapolres, Mbah Ronggo juga menolak.
"Kalau disuruh tanggung jawab orang kena lontaran batu dan hujan abu, tentu saya tidak bersedia. Oleh sebab itu, saya tidak pernah meminta warga untuk tidak mengungsi," kata ayah dua orang anak ini menuturkan.
Saat ditanya mengenai prediksi letusan Kelud, Mbah Ronggo yang sudah tiga kali mengalami bencana letusan itu menyatakan, tidak tahu.
"Kalau soal letusan itu, urusan yang `ngecet lombok` (mencat cabai), Tuhan," katanya sambil tersenyum.
Namun akhirnya, aparat setempat pada Kamis petang harinya, mengungsikan paksa Mbah Ronggo, agar warga lainnya patuh mengungsi. Pasalnya Kelud sudah diambang "meletus".(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007