Saya menggarisbawahi yang disampaikan Pak Bupati, bahwa banjir ini akibat ulah tangan manusia. Saya juga setuju sekali, semestinya minimal sebulan sekali, secara periodik, siswa dikerahkan untuk melakukan gerakan kebersihan, di lingkungan sekolah mas
Madiun (ANTARA) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meminta sekolah-sekolah meningkatkan pelajaran ekstrakurikuler tentang lingkungan agar siswa memiliki kedasaran untuk menjaganya.
"Selama ini memang sudah ada pelajaran ekstrakurikuler dan praktik yang tujuannya untuk menanamkan kesadaran menjaga lingkungan, namun akan lebih baik lagi jika ditingkatkan," kata Muhadjir saat meninjau sekolah yang terdampak bencana banjir di wilayah Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Senin.
Ia mengatakan dari Kementerian Kehutanan juga memberikan penghargaan kepada sekolah-sekolah yang peduli terhadap lingkungan melalui Penghargaan Adiwiyata.
Mendikbud sependapat dengan Bupati Madiun Ahmad Dawami yang menilai bencana banjir yang baru saja melanda wilayah Kabupaten Madiun merupakan akibat ulah manusia yang tidak ramah dan kurang menjaga lingkungan hidupnya.
"Saya menggarisbawahi yang disampaikan Pak Bupati, bahwa banjir ini akibat ulah tangan manusia. Saya juga setuju sekali, semestinya minimal sebulan sekali, secara periodik, siswa dikerahkan untuk melakukan gerakan kebersihan di lingkungan sekolah masing-masing, sungai-sungai, bahkan kalau perlu diadakan lomba kebersihan antar sekolah," kata dia.
Ia menjelaskan, masalah lingkungan, terutama soal sampah bukan hanya problem di Madiun, namun juga menjadi masalah nasional dan internasional. Tidak hanya menjadi penyebab banjir, sampah juga berdampak bagi kesehatan manusia, terutama sampah plastik
"Sampah ini bukan hanya problem di Madiun, ini problem nasional. Terlebih sampah mikro plastik yang sangat berbahaya. Sekarang ikan-ikan makan plastik, yang kemudian plastiknya dimakan manusia. Jadi badan kita ini penuh dengan mikro plastik, karena kita makan ikan yang memakan mikro plastik. Dan ini problem nasional bahkan internasional, yang kita harus betul-betul peduli, kalau tidak ini sangat berbahaya," katanya.
Sementara Bupati Madiun Ahmad Dawami dalam peparannya mengatakan penyebab banjir di Kabupaten Madiun akibat kurangnya kesadaran manusia dalam menjaga lingkungan. Di antaranya, perilaku membuang sampah sembarangan.
"Penyebabnya kita sendiri, yakni permasalahan sampah, rasa memiliki terhadap aset kabupatend dan aset nasional yang masih kurang. Jadi ketika tidak ada rasa memiliki, ketika ada tanggul bocor sedikit, dibiarkan, akhirnya jebol," kata Dawami.
Dalam kunjungannya ke Kabupaten Madiun, selain melihat posko bencana di kantor Kecamatan Balerejo, Mendikbud juga meninjau sejumlah sekolah yang bangunannya terdampak banjir, di antaranya di SMPN 01 Balerejo, TK/SD Garon 02, TK/SD Glonggong, SD Purworejo, dan SMK Mejayan.
Rombongan Mendikbud juga memberikan bantuan kepada sejumlah sekolah yang terdampak banjir di antaranya adalah bantuan langsung sejumlah komputer.
Seperti diketahui, banjir besar melanda wilayah Kabupaten Madiun pada Rabu (6/3) hingga beberapa hari lamanya. Sebanyak 5.707 KK dan 497 hektare lahan pertanian terdampak banjir yang juga menyebabkan 5.024 permukiman rusak ringan, dan 62 permukiman rusak berat. Kecamatan yang terdampak tersebut antara lain Kecamatan Madiun, Saradan, Balerejo, Pilangkenceng, Sawahan, Mejayan, Wungu, Wonoasri, Gemarang, Kebonsari, Kare, dan Dagangan.
Dasyatnya dampak banjir, membuat Bupati Madiun Ahmad Dawami menetapkan status darurat bencana banjir di wilayah Kabupaten Madiun, tertuang dalam Surat Keputusan Nomor 188.45/69/KPTS/402.013/2019 yang ditandatangani Bupati pada Rabu (6/3). Status darurat bencana banjir ditetapkan mulai tanggal 6-19 Maret 2019.
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019