Jakarta (ANTARA) - Pengamat Penerbangan Arista Atmadjati mendesak pemerintah atau Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan untuk meneliti “logbook” atau catatan perjalanan pilot saat mengemudikan Boeing 737 Max 8 saat pemeriksaan kelaikan (ramp check) pesawat.


Arista kepada Antara di Jakarta, Senin mengungkapkan catatan pilot menjadi penting karena merekam apa yang terjadi selama penerbangan.


“Kemenhub harus melakukan ‘ramp check’ terkait Boeing 737 Max, terutama ‘log book maintenance’ apakah sudah banyak keluhan dari pilot, apakah permintaan penggantian suku cadang sudah banyak,” katanya.


Menurut dia, catatan tersebut bisa menjadi bahan evaluasi untuk mengambil langkah selanjutnya, baik itu pembekuan sementara maupun total terhadap operasi Boeing 737 Max 8 seperti yang dilakukan pemerintah China.


“Kalau perlu dipelototi itu log book-nya untuk dipelajari lebih lanjut terhadap maintenance dan spare partnya,” katanya.


Terkait pembekuan, Arista menilai bahwa memang langkah yang ekstrem terhadap Boeing 737 Max 8 di Indonesia karena jumlah yang dioperasikan mencapai puluhan.


Karena itu, lanjut dia, langkah yang bisa dilakukan adalah pengetatan pemeriksaan kelaikan serta pembekuan operasi sementara untuk Boeing 737 Max 8.


“Agak mempengaruhi arus pergerakan orang kalau langsung digrounded. Kalau China memang banyak maskapainya,” katanya.


Pemerintah China telah mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan operasi Boeing 737 Max 8 setelah kecelakaan Ethiophian Airlines ET 302 dan sebelumnya Lion Air JT 610.


Ethiopian Airlines ET-AVJ jatuh dalam penerbangan ke Nairobi dan mengakibatkan sebanyak 157 orang di dalamnya tewas pada Minggu (10/3).


Pesawat ET-AVJ diketahui berjenis Boeing 737 MAX 8 atau sama dengan pesawat Lion Air PK-LQP yang jatuh di Laut Jawa dan menewaskan 189 orang di dalamnya.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019