Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) menyamakan pikiran pengembangan pendidikan Islam agar tetap pada jalur moderat sehingga agama mayoritas masyarakat Indonesia itu dapat terus menjadi rahmat bagi alam semesta.
"Jadi kita berkumpul bersama ini dalam rangka menyamakan cara pandang dan persepsi dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia," kata Menteri Agama(Menag), Lukman Hakim Saifuddin di Halaqah Pendidikan Pendidikan Islam (HAPPI) 2019 di Jakarta, Senin.
Menurut dia, pendidikan Islam harus mengarah pada moderasi beragama yang tidak terlalu tekstual ataupun liberal.
Pendidikan Islam, kata Menag, harus bisa menjadi instrumen yang menjaga keberagamaan tidak ekstrem atau berada di tengah antara tekstual dan liberal.
Dengan begitu, lanjut dia, pendidikan Islam mampu mendidik Muslim di Indonesia yang mampu mempraktikkan agama yang tidak saklek pada teks agama ataupun terlalu mendewakan logika.
Moderasi beragama, kata Menag, mampu memadukan teks dan logika secara seimbang sehingga mampu mempraktikkan Islam yang tidak esktrem dan hadir sebagai agama moderat rahmat bagi alam semesta.
Dia mengatakan, unsur Direktorat Jenderal Pendidikan Islam di Kemenag adalah salah satu unsur yang bisa menjaga Islam dari unsur pendidikan.
"Realitasnya memang mayoritasnya adalah umat Islam, maka pendidikan Islam menjadi suatu yang amat sangat strategis," katanya.
Terkait moderasi bergama, kata Menag, sangat penting bagi bagi Indonesia dan dunia.
"PBB mengatakan pada 2019 sebagai tahun moderasi, karena dunia melihat betapa peradaban tidak semakin membaik, tapi justru berpotensi semakin memburuk karena kita manusia kehilangan kearifan dalam menyikapi keragaman," katanya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Alex Sariwating
Copyright © ANTARA 2019