Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan, dominasi kaum hawa di instansinya memang menjadi fenomena tersendiri dan sudah berlangsung sejak lama.
"Tahun 2016-2017 saja persentasenya sekitar 75 persen wanita dan 25 persen pria. Setelah CPNS tahun ini, jumlah wanita malah semakin banyak hingga 80 persen," ungkapnya.
Hal ini, lanjutnya, kemungkinan dipengaruhi karena naruni perempuan yang keibuan cenderung ingin melindungi keluarga atau orang terdekatnya melalui obat dan makanan yang dikonsumsinya. Selain itu, kaum perempuan lebih teliti dan spesifik dalam menilai sesuatu.
Dominasi kaum hawa di lembaga yang berdiri tahun 2001 ini pun dapat dilihat dari posisi pengambilan keputusan strategis; mulai dari Kepala BPOM, Inspektur Utama, Sekretaris Utama, hingga satu dari empat deputi.
Meskipun demikian, Penny mengakui, kekurangannya terletak pada pengawasan di lapangan.
“Kaum perempuan lebih difokuskan dalam bidang laboratorium, sertifikasi, layanan informasi konsumen, ketatausahaan, dan masih banyak lagi. Namun, peran laki-laki pun tak kalah penting yaitu untuk memperkuat pengawasan di lapangan,” ujar Penny.
Di tahun ini, formasi CPNS BPOM merupakan yang terbesar dibanding tahun-tahun sebelumnya, yaitu dari 26.465 pelamar dan hanya sekitar 1.064 orang, atau setara dengan 4 persen, yang lolos seleksi.
Berdasarkan jumlah tersebut, diklasifikasi berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki berjumlah 349 atau 38 persen. Sedangkan perempuan, berjumlah 715 setara dengan 67 persen.
“Penerimaan CPNS tahun ini, terdapat peningkatan jumlah pegawai laki-laki dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk lebih memperkuat pengawasan di lapangan,” ujarnya.
Meskipun masih adanya kesenjangan yang cukup jauh dari jumlah keduanya, karyawan laki-laki dan perempuan harus saling membantu dalam membangun bangsa yang sehat.
“Walaupun ada kesenjangan antara jumlah laki-laki dan perempuan di BPOM ini, kita tetap harus saling bahu membahu dalam membangun bangsa kita menjadi bangsa yang sehat.” pungkas Penny.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019