Pemkab Manggarai Barat perlu melakukan identifikasi terhadap dampak bencana alam yang terjadi pada Kamis (7/3) lalu, sehingga memudahkan pemerintah dalam menentukan status kebencananya yang terjadi,
Kupang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat, Flores segera melakukan identifikasi terhadap dampak kerusakan akibat banjir dan tanah longsor guna memudah pemerintah dalam menentukan status bencana.

"Pemkab Manggarai Barat perlu melakukan identifikasi terhadap dampak bencana alam yang terjadi pada Kamis (7/3) lalu, sehingga memudahkan pemerintah dalam menentukan status kebencananya yang terjadi," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Kantor Gubernur NTT, Marianus Jelamu ketika dihubungi di Kupang, Minggu, terkait upaya penanganan bencana alam di Manggarai Barat.

Ia menambahkan, pemerintah NTT belum menerima laporan secara detail terhadap dampak kerusakan bencana alam yang melanda kabupaten ujung Barat Pulau Flores itu.

Ia menyebutkan, apabila bencana yang terjadi berdampak sangat luas maka perlu ditetapkan dalam status darurat bencana mengingat Labuan Bajo merupakan daerah tujuan wisata internasional.

Penanganan yang, tambahnya perlu dilakukan pemerintah Manggarai Barat dalam upaya penangulangan bencana banjir dan tanah longsor karena bencana alam sangat sensitif bagi wisatawan.

"Dampak bencana yang terjadi ini tidak hanya dirasakan Kabupaten Manggarai tetapi juga berdampak secara nasional karena Labuan Bajo merupakan daerah tujuan wisata internasional yang sangat digandrungi wisatawan mancanegara," tegas Marianus.

Menurut dia, pemerintah daerah setempat hingga saat ini belum menetapkan status bencana banjir dan tanah longsor yang telah mengakibatkan delapan orang meninggal dan ratusan rumah penduduk terendam banjir serta putusnya akses transportasi trans Flores.
 
"Untuk menentukan status bencana tergantung eskalasi bencana yang terjadi di daerah itu apabila sangat berat dan berdampak luas maka tidak menutup kemungkinan ditetapkan sebagai bencana nasional," terangnya.


 

Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019