Salah satu pembicara Harsen Roy Tampomuri SIP MA menggambarkan bagaimana kecerdasan buatan, semisal, media sosial begitu berperan dalam Pemilihan Presiden pada 17 April mendatang.
"Era revolusi industri 4.0 di mana kemajuan teknologi yang sangat pesat haruslah digunakan secara bijaksana," kata Tampomuri di Manado, Sulut, Minggu.
Pada diskusi grup terarah (FGD) bertemakan "Artificial Inteligence for President Election 2019", kata dia, Survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan sebanyak 60,6 persen "Generasi Z" atau anak muda kelahiran 1995-2005 mengakses berita politik melalui media sosial.
Karena itu, pada pemilihan presiden ini kedua calon saling memperebutkan pemilih di kalangan milenial.
Bahkan menurut Lingkaran Survei Indonesia (LSI), saat ini pemilih yang secara aktif menggunakan media sosial sebanyak 28,5 persen, namun angka tersebut memiliki suara yang berpengaruh dalam menyampaikan pendapat.
"Hal ini disebabkan pengguna media sosial lebih memiliki sumber informasi yang lebih banyak dibandingkan mereka yang bukan pengguna media sosial," ujarnya.
Ketua Himaju Ilmu Pemerintahan Fisip Unsrat, Revaldy Sumangando, mengajak seluruh kaum milenial kalangan mahasiswa bijaksana menggunakan media sosial.
"Sebagai warga masyarakat kita memiliki peran menciptakan pemilu berkwalitas dan berintegritas," ujarnya.
Senada, Direktur Klinik Demokrasi Reinaldo Garedja mengajak mahasiswa selalu mengedepankan rasionalisasi berpikir menyikapi situasi politik menjelang pemilihan umum.
"Terima kasih kepada AIPI Cabang Manado yang terus mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan mahasiswa," ucapnya.
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019