Palu (ANTARA) - Korban bencana alam gempa dan likuifaksi Desa Sibalaya Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, berharap pemerintah segera membangunkan hunian tetap bagi mereka pascalima bulan bencana itu menghantam wilayah tersebut.

"Iya, kami sangat berharap agar pemerintah membangunkan hunian tetap," ucap Kepala Desa Sibalaya Selatan, Abdul Gafur, Minggu.

Abdul Gafur mengemukakan bahwa lahan relokasi untuk pembangunan hunian tetap bagi korban yang saat ini di pengungsian, telah disediakan seluas 3 hektare.

Ia menyebut bahwa, masyarakatnya yang terdampak likueiaksi, tidak berharap bahwa hunian tetap yang dibangun harus mewah.

"Huntap itu tidak perlu mewah, yang penting layak dihuni, serta masyarakat korban bencana likuefaksi nyaman di dalamnya," sebut Gafur.

Ia menguraikan, warga yang terdampak bencana alam gempa dan likuifaksi sebanyak 178 kepala keluarga, atau sekitar 500 jiwa, kini menempati hunian sementara.

Korban hingga saat ini tidak lagi memiliki tempat tinggal, karena rumah mereka rusak total tertimpa likuifaksi pada 28 September 2018.

"Korban saat ini di huntara, ada sebagian korban yang menempati huntara yang dibangun oleh Bank Mandiri Area Palu," kata Abdul Gafur.

Ia mengutarakan, sebagian warganya yang tidak terdampak likuifaksi dan memiliki lahan, rela lahannya digunakan untuk pembangunan hunian tetap. Namun, harus diganti oleh pemerintah dengan harga 5.000 per meter persegi.

Ratusan warga Desa Sibalaya Selatan Kabupaten Sigi yang terdampak likuifaksi, tidak hanya kehilangan tempat tinggal, melainkan juga kehilangan lapangan pekerjaan.
Umumnya mereka yang terdampak sehari-hari menggarap lahan pertanian di desa itu.

Namun, lahan pertanian milik mereka itu sudah rusak terdampak likuifaksi.

Baca juga: Korban likuifaksi Sibalaya Selatan ingin kembali garap lahan pertanian
Baca juga: Bank Mandiri siap pulihkan ekonomi korban likuefaksi Sibalaya Selatan
Baca juga: IIP BUMN beri korban likuifaksi Sibalaya Selatan-Sigi 150 paket sembako




 

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019