Jakarta (ANTARA) - Jakarta (ANTARA) - Musikus sekaligus pegiat kesetaraan gender Kartika Jahja mengatakan masih ada bias gender dalam dunia musik, meski sudah banyak pencapaian kaum perempuandi di bidang tersebut.

"Jumlah musisi perempuan semakin banyak dan itu mesti diapresiasi, namun di balik itu semua masih ada musisi yang berhenti di umur tertentu karena perempuan diharapkan mengambil peran rumah tangga," kata perempuan yang disapa Tika itu saat dijumpai di Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA), Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, masih ada pandangan publik yang membedakan antara musikus laki-laki dan perempuan. Apa yang dihasilkan musikus laki-laki cenderung dilihat dari gagasan dan karyanya, sementara perempuan lebih dipandang dari citra dan tampilannya.

Meski demikian, dia menilai, perempuan-perempuan memiliki banyak cara untuk mendobrak nilai-nilai yang tidak relevan dengan kesetaraan.

Namun, katanya, secara umum pasar arus utama masih melihat perempuan sebagai dekorasi, padahal perempuan sangat penting untuk memberikan pandangan yang berbeda kepada masyarakat.

"Musik adalah kendaraan untuk membuka wawasan publik. Saya sendiri belajar politik dan pergerakan dari musik. Apabila narasi yang disampaikan hanya dari sudut pandang maskulin maka masyarakat akan menerima informasi yang homogen," kata dia.

Untuk mendobrak nilai-nilai tersebut, menurut Tika, tidaklah semudah megatakan harus percaya diri dan berani, butuh kerja sama baik antara perempuan dan laki-laki untuk membuat dunia musik menjadi setara.

Selain itu, ia menambahkan, edukasi yang komprehensif dan membuat literasi tentang isu gender kepada publik akan berdampak pada semakin setaranya perempuan dan laki-laki dalam industri musik.

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019