Jakarta (ANTARA) - Semakin tingginya angka penyakit tidak menular seperti kanker, stroke dan jantung koroner yang salah satu faktor risikonya adalah merokok, membuat kedua paslon diminta komitmen dalam pengendalian tembakau.
Perwakilan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Hasbullah Thabrany mengakui untuk melakukan pengendalian terhadap tembakau masih sulit karena banyak pihak yang terkait di dalamnya.
"Ini tidak hanya urusan Kementerian Kesehatan, tetapi juga Kementerian Perindustrian dan Perdagangan," kata dia saat diskusi mengenai debat cawapres tema kesehatan di Jakarta, Sabtu.
Dia mengatakan Indonesia memang menjadi pilihan terakhir industri rokok setelah negara-negara lain memperketat regulasi mereka.
Belum lagi rokok sudah menjadi kebiasaan buruk masyarakat. Hasbullah pun mengaku sudah mengaji sejumlah cara agar Indonesia juga bisa melakukan pengendalian yang sama.
“Cukai dinaikan 10 persen untuk petani sehingga mereka bisa beralih tanam ke tanaman yang lain. Pekerja juga kami buat pelatihan agar bisa pindah. Itu sudah saya dan tim kaji,” ucap Thabrany.
TKN juga telah berkomitmen untuk mengendalikan tembakau dengan cara yang promotif dan preventif seperti memberikan grafik warning dan terus menggalakkan upaya kawasan tanpa rokok, daerah bebas asap rokok.
Thabrany mengatakan masalah pengendalian tembakau harus ditangani secara bersama, karena sudah menjadi perilaku yang dianggap normal bagi masyarakat Indonesia.
Sementara itu, perwakilan Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Hermawan Saputra mengatakan untuk mengatasi pengendalian tembakau pihaknya akan berbicara pada sektor hulu.
Menurut dia, hulu dari masalah pengendalian tembakau adalah petani, sehingga pihak ini harus diperhatikan.
"Bagaimana nasib petaninya? Kalau manusianya tidak disentuh tidak akan berjalan. Harus ada sumber pendapatan yang lain buat mereka,” kata Hermawan.
Adapun langkah yang akan dilakukan pihaknya jika terpilih nanti adalah mengevaluasi kembali kebijakan ekonomi negara agar tak ada kebocoran anggaran.
Hermawan pun mengutip pidato Prabowo yang kerap menyebut kalau selama ini ada kebocoran keuangan negara lebih dari Rp1000 triliun setiap tahunnya.
“Kalau ini bisa ditangani tidak akan sulit mencari mata pencaharian baru untuk para petani tembakau,” ucap dia.
Melansir data WHO, Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India.
Dalam laman depkes.go.id, konsumsi rokok berdampak pada makin tingginya beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok.
Bahkan, tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia akan mencapai 10 juta jiwa dan 70 persen di antaranya berasal dari negara berkembang.*
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019