Acara diadakan oleh organisasi nirlaba International Model United Nations Associations (IMUNA) yang berasosiasi dengan Departemen Informasi Publik PBB tersebut berbentuk simulasi sidang PBB. Uniknya, para peserta yang hadir adalah siswa yang duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA).
Nicklaus Daniel Yulio Tedjanegara, salah satu peserta asal Indonesia yang masih duduk di bangku SMA, kepada Antara London, Sabtu mengatakan keikutsertaan dalam ajang Konferensi menjadi pengalaman yang sangat berarti bagi seluruh peserta, termasuk dirinya.
Dalam Konferensi sekolah menengah atas (SMA) berskala internasional terbesar, atau National High School Model United Nations (NHSMUN), itu ia berbagi pengalamannya.
Salah satu hal yang menarik adalah berkesempatan untuk berlatih diplomasi serta berdebat dengan siswa siswi dari Negara lain yang pola pikir serta kultur budayanya sangat berbeda.
Tahun ini, kurang lebih 5000 peserta berpartisipasi pada ajang tahunan, mewakili 75 Negara dan 300 sekolah. Tidak kurang dari 20 murid asal Indonesia berpartisipasi dalam ajang internasional tahunan tersebut, beserta dengan peserta dari Inggris, Italia, Portugal, Belanda, Kolombia, dan lainnya.
Diakuinya tidak jarang perdebatan menjadi panas dan menegangkan. Pengalaman berharga lainnya adalah ketika mendapat kesempatan berkunjung ke grand assembly hall di markas besar PBB, ruang di mana Majelis Umum PBB diadakan, ujar Nicklaus.
Secara spesifik, ia ikut dalam simulasi komite Dewa Keamanan PBB yang membahas perkembangan situasi krisis Rohingya di Myanmar. Selain itu juga ada simulasi komite UNIDO yang membahas Sustainable Development serta simulasi komite UNDP membahas kekerasan berbasis gender, dan lainnya.
Sejak pertama kalinya ada konferensi pada tahun 1975, NHSMUN dihadiri siswa-siswi dari 125 Negara tersebar di seluruh benua. Samantha Power, mantan duta besar Amerika Serikat untuk PBB, pernah menjadi pembicara dalam konferensi yang diselenggarakan pada tahun 2016. Penyanyi kondang asal AS, Demi Lovato dan dua aktor asal AS, Mandy Patinkin & Joe Manganiello, adalah pembicara tamu pada konferensi tahun 2017.
“Bagi saya pribadi, keikutsertaan di ajang ini adalah pelajaran yang sangat berharga. Di sekolah, dilatih untuk berbicara di khalayak ramai. Namun dalam ajang ini, khalayak ramai tersebut adalah rekan seumuran dari puluhan negara asing,” ujarnya.
Dikatakannya diplomasi dan toleransi tingkat internasional adalah dua pelajaran berharga didapatkan dari konferensi ini. Kalau selama ini belajar bertoleransi dengan rekan senegara, kali ini kita ditantang untuk bertoleransi dengan rekan beda negara yang kadang sudut pandang dan pola pikir yang sangat berbeda, demikian Nicklaus Daniel Yulio Tedjanegara.
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019