Samarinda (ANTARA News) - Pembobol uang Rp20 juta di brankas milik PT. Galery Food Court (GFC) di Samarinda Central Plaza (SCP) empat bulan silam, akhirnya menyerahkan diri pada Senin (15/10). Abu Halim mengaku menyerahkan diri kepada polisi setelah mendapat hidayah, usai melaksanakan Shalad Iedul Fitri. Selama dalam pelariannya, pria berusia 24 tahun itu mengaku selalu dihantui rasa takut dan bersalah. Namun, empat bulan terpisah dari anak dan isterinya, Abu Halim tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu. Bahkan, mantan karyawan SCP itu selalu berada di shaf paling depan saat menjalankan shalat di masjid. Keputusan untuk menyerah itu diambil setelah bapak berputra satu tersebut usai melaksanakan Shalat Ied. Namun, sebelum menelpon polisi, Abu Halim masih menyempatkan diri bersilaturrahmi dengan keluarganya, kemudian minta maaf pada kedua orang tua serta anak dan isterinya. "Saya takut dan merasa bersalah kepada orang tua, anak, dan isteri karena saya telah mencuri," ujar Abu Halim saat ditemui di Poltabes Samarinda, Selasa. Dia mengaku, setelah berhasil membawa kabur uang Rp20 juta, hidupnya malah tidak tenang. Abu Halim bahkan tidak pernah berkomunikasi dengan anak dan isterinya sebab dia kerap berpindah-pindah dari kota satu ke kota lainnya untuk menghindari kejaran polisi. "Saya berpindah-pindah. Sebulan saya di Balikpapan dan sebulan di Bontang. Selebihnya saya di Samarinda, tetapi keluarga dan teman saya tidak ada yang tahu karena saya mengontrak rumah sendiri," ujarnya. Penyerahan dirinya sempat menjadi cerita menarik di kalangan petugas di Poltabes Samarinda. Pasalnya, sebelum menyerahkan diri, Abu Hasan sempat minta waktu untuk menikmati makanan enak di sebuah warung. "Saya sempat cemas, sebab sebelumnya dia menghubungi saya akan menyerahkan diri sekitar pukul 11.00 Wita, namun saat tiba waktu yang dinjanjikan dia tidak datang. Lalu dia menelpon dan minta waktu sejenak untuk makan makanan yang enak sebelum dimasukkan ke sel," kata anggota Satuan Reskrim Poltabes Samarinda, Bripda Yuda, menirukan ucapan Abu Halim. Setelah menikmati makanan `terakhir` di udara bebas, sarjana teknik Universitas Mulawarman itu lalu kembali ke rumahnya di Jalan Tenggiri, Samarinda Ilir, yang sudah ditunggu Bripda Yuda. Tanpa mengalami hambatan, Abu Halim langsung digiring ke Poltabes Samarinda. "Walaupun isterinya sempat menangis, namun mereka sudah merelakan Abu Halim saya bawa. Malam sebelum penyerahan diri itu, keluarga Abu Halim sempat berunding lalu memutuskan agar dia sebaiknya menyerahkan diri," ujar Bripda Yuda. Tindakan nekad yang dilakukan Abu Halim membobol brankas bekas tempatnya bekerja itu ternyata bukan tanpa alasan. Mantan teknisi itu mengaku kesal dan sakit hati oleh perlakuan pihak manajeman Samarinda Central Plasa. "Saya yang memasang semua instalasi di gedung itu (SCP) dan saya sudah bekerja selama lima tahun, tetapi gaji saya hanya Rp300 ribu per bulan," ujar Abu Halim. Perlakuan semena-mena itu memuncak, kata dia, tatkala pihak SCP menggantung statusnya. Karyawan bukan, dipecat pun tidak, sehingga Abu Halim memutuskan untuk membalas sakit hatinya dengan membobol brankas di kantor Galery Food Court. Berbekal pengetahuannya tentang seluk-beluk seluruh ruangan di SCP, pada Jumat, 8 Juni 2007 sekitar pukul 21.00 Wita, Abu Halim naik ke plafon, kemudian menelusuri lorong menuju ruangan kantor GFC. Sekitar pukul 22.00 Wita, pada saat pengunjung dan karyawan sudah sepi, dia lalu turun dan langsung membuka brankas milik SCP. Setelah berhasil mengambil uang Rp20 juta, Abu Halim kembali naik ke plafon dan sempat tidur di sana sambil menunggu pagi. Sabtu pagi, tanggal 9 Juni sekitar pukul 09.00 Wita, dia kemudian turun kembali di ruangan kantor SCP dan dengan santai Abu Halim meninggalkan SCP layaknya pengunjung. "Saya tidur di atas plafon dan keluar seperti pengunjung. Uang itu sudah saya habiskan selama pelarian saya," kata Abu Halim. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007