Jakarta (ANTARA) -
Bank Indonesia mengakui nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berbalik melemah dalam sepekan terakhir yang disebabkan empat tekanan dari dinamika perekonomian global.
Ditemui di kantornya, di Jakarta, Jumat, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan kurs rupiah dibayangi penguatan dolar AS dalam sepekan terakhir karena sentimen positif investor yang menanggapi data ekonomi terbaru AS.
Di sisi lain, dolar AS juga mendapat "vitamin" karena melemahnya mata uang euro menyusul pandangan "melunak" atau "dovish" Bank Sentral Eropa yang menyebutkan akan memperpanjang stimulus moneter bagi perekonomian benua terbesar di dunia itu.
"Pertama, kami lihat beberapa indikator ekonomi di AS seperti indeks manufaktur menunjukkan ekonomi AS cukup baik jadi membuat sentimen positif bagi AS," ujar dia.
Di daratan Eropa, inflasi rendah dan pertumbuhan ekonomi yang masih lemah membuat Bank Sentral Eropa menahan sikap "dovish" atau melunak yang akhirnya berpengaruh terhadap menurunnya daya tarik aset-aset keuangan di pasar keuangan Eropa.
Alhasil aset-aset berdemominasi dolar AS dalam beberapa hari terakhir menjadi primadona yang berimbas pada melemahnya nilai mata uang negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
"Sehingga hal itu mendorong semakin menguatnya mata uang dolar terhadap berbagai mata uang dunia," ujar mantan Deputi Gubernur BI itu.
Dua faktor ekonomi global lainnya adalah fluktuasi harga minyak dunia yang dipicu sanksi ekonomi terhadap negara penghasil minyak dunia, Venezuela dan juga pengurangan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Sebagai gambaran, ketika harga minyak dunia naik, maka akan menimbulkan tekanan terhadap kurs rupiah karena Indonesia saat ini masih berstatus sebagai negara importir minyak. Artinya nilai impor akan membengkak, dan Indonesia membutuhkan tambahan valas untuk membiayai impor itu.
Sedangkan faktor global lainnya yang memicu pelemahan rupiah adalah masalah keamanan dan geopolitik seperti lambannya kesepakatan untuk tercipta antara AS dan Korea Utara, dan ketidakpastian dari masalah Brexit di Eropa.
"Empat faktor itu timbulkan tekanan mata uang diberbagai belahan dunia. Saya tegaskan tekanan rupiah lebih banyak karena faktor eksternal dan faktor doematik semuanya bagus," ujar Perry.
Adapun nilai tukar (kurs) rupiah di Jakarta pada Jumat pagi masih melanjutkan tren pelemahan setelah koreksi yang terjadi dalam tujuh hari terakhir.
Di spot, kurs rupiah pagi ini bergerak melemah 90 poin menjadi Rp14.233 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.143 per dolar AS.
Di kurs tengah Bank Indonesia, kurs rupiah dipatok sebesar Rp14.223 pada Jumat, melemah enam poin dari Rp14.229 pada Rabu (6/3).
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019