Brisbane (ANTARA News) - Solidaritas dan kekeluargaan warga masyarakat Indonesia di Brisbane dan sekitarnya mengobati rasa kangen Komandan Kapal KRI "Arung Samudera", Mayor Laut (P) Eko Deni Hartono, dan ke-empat anak buahnya terhadap keluarga mereka di Tanah Air di hari Lebaran. "Rasa kangen dengan keluarga tetaplah ada tapi cukup terobati oleh solidaritas orang-orang Indonesia di Brisbane. Bahkan kita sempat ikut halal bi halal dan jalan-jalan bersama mereka ke (kawasan wisata pantai) Gold Coast," kata Mayor Eko kepada ANTARA News di Brisbane, Selasa. Pada acara halal bi halal itu, ia dan ke-empat ABK KRI "Arung Samudera" lainnya dapat ikut mencicipi menu makanan khas Idulfitri seperti ketupat, rendang, rempeyek dan opor ayam, katanya. "Yang menariknya lagi, ketupat yang disajikan tidak terbuat dari (daun) janur tetapi plastik," kata Mayor Eko. Solidaritas warga masyarakat Indonesia yang ditemuinya di jalan maupun di beberapa masjid di sekitar Brisbane itu tidak hanya ditunjukkan pada saat Idulfitri saja tetapi juga selama Ramadhan, katanya. "Bayangkan setiap malam Pak Ali Kadir, warga kita yang sudah tiga puluh tahun menetap di sini menjemput saya dan tiga dari empat ABK yang beragama Islam untuk shalat Tarawih di Masjid Holland Park. Pada malam takbir pun kita ikut bergabung dengan jamaah masjid itu," katanya. Seperti halnya kebanyakan Muslim di Queensland yang merayakan Idulfitri 1428 Hijriah pada 13 Oktober, ia bersama tiga dari empat ABK yang beragama Islam juga berlebaran pada hari yang sama dan ikut melakukan Shalat Id di lapangan Karawatha bersama ribuan orang Sabtu lalu. Selain Mayor Eko, tiga dari empat ABK KRI Arung Samudera yang beragama Islam adalah Lettu Laut (P) Aster Budi Prasetyo, Letda Laut (P) Garmadi, dan KLK Mes Ja`far Said, sedangkan Lettu Laut (T) Yohannes beragama Kristen. Namun demikian, semuanya ikut dalam acara halal bi halal di rumah keluarga Indonesia di Brisbane, kata Mayor Eko. Muhammad Masyhuri, mahasiswa Indonesia yang sudah beberapa kali bertemu Mayor Eko di masjid maupun di barak AL Australia di kawasan Balimba tempat para ABK Arung Samudera menginap, mengatakan, ia merasa senang bisa membantu Mayor Eko DKK. Mengutip penuturan para ABK, Masyhuri mengatakan, tiga minggu pertama mereka di Brisbane, mereka belum tahu dimana dapat membeli bumbu-bumbu masakan Indonesia atau pun masjid-masjid. "Pada satu kesempatan, saya datangi barak mereka sambil membawa beberapa bumbu masakan Indonesia." "Selain memberi informasi tentang Toko Yuen dan China Town (toko/daerah di Brisbane yang banyak menjual produk makanan Asia termasuk Indonesia-red.), saya coba kenalkan juga mereka dengan orang Indonesia yang berprofesi sebagai `tukang las` di Brisbane," katanya. Ketika itu, ia hanya berfikir kalau-kalau orang Indonesia yang memiliki keahlian mengelas itu dibutuhkan Mayor Eko DKK untuk memperbaiki KRI Arung Samudera, kata Masyhuri. Menanggapi nasib kelima ABK kapal latih TNI AL yang terpaksa berpuasa dan berlebaran di Brisbane itu, Atase Laut KBRI Canberra, Kolonel Laut Eden Gunawan, mengatakan, berpuasa dan berlebaran di luar negeri bukanlah hal baru bagi sebagian ABK KRI Arung Samudera. Bahkan ada di antara mereka yang sudah tiga kali merayakan Idul Fitri di luar negeri, katanya. "Jadi bukan sesuatu yang luar biasa (berpuasa dan berlebaran di Brisbane). Yang penting, semua anggota yang masih ada tetap dalam keadaan sehat dan bersemangat tinggi untuk memulangkan kapal ke Tanah Air setelah diperbaiki," kata Eden Gunawan. Kapal layar buatan Selandia Baru yang telah lama digunakan TNI AL sebagai kapal latih itu ditarik ke Brisbane setelah mengalami musibah di perairan Teluk Wide Queensland 23 Agustus lalu. Menurut Eden, seluruh ABK KRI Arung Samudera berjumlah 18 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 13 orang sudah kembali ke Tanah Air September lalu, sedangkan lima lainnya masih bertahan adalah komandan kapal, perwira layar, perwira navigasi, kepala kamar mesin dan seorang ahli mesin. Kapal layar tiang tinggi berbobot 120 ton itu dihadang cuaca buruk yang ditandai dengan angin berkecepatan 80 hingga 100 kilometer per jam sebanyak dua kali pada 23 Agustus dinihari. Musibah itu merusak layar utama dan sebuah layar depan. Selain itu, satu layar lainnya juga terlipat dan baja bagian bawah yang berfungsi sebagai penyeimbang kapal bengkok. Musibah tersebut terjadi dalam pelayarannya dari Cairns ke Brisbane sebelum dilanjutkan ke Sydney guna ikut menyemarakkan penyelenggaraan KTT Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di kota itu pada 8-9 September lalu bersama enam kapal layar tiang tinggi Australia.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007