"Warga saya sangat ingin kembali bertani, karena pertanian adalah sumber penghidupan masyarakat,"kata Kepala Desa(Kades) Sibalaya Selatan, Abdul Gafur, Jumat.
Dia mengemukakan, warga yang terdampak bencana gempa dan likuifaksi sebanyak 178 kepala keluarga,(KK) atau sekitar 500 jiwa. Mereka, kehilangan pekerjaan.
Kades mengemukakan, korban yang umumnya petani, pascalima bulan gempa dan likuefaksi menghantam wilayah itu, hingga saat ini mereka tidak dapat kembali bertani.
Karena, lahan pertanian yang sebelumnya menjadi sumber penghidupan, kondisinya saat ini rusak total. Padahal lahan terdampak, merupakan areal yang subur.
Untuk mengembalikan fungsi lahan terdampak itu, menjadi lahan pertanian seperti sebelum gempa dan likuefaksi, bukanlah pekerjaan muda.
Karena, menurut Kades, lahan-lahan yang terbelah dan bergelombang harus diratakan, dengan menggunakan alat berat yang harus dibayar.
"Nah, untuk membayar alat berat agar meratakan tanah yang bergelombang itu, harus sekitar Rp 15 juta. Warga saya tidak mampu membayar," ujar dia.
Karena itu, sampai saat ini warga korban bencana gempa dan likuifaksi Desa Sibalaya Selatan belum dapat kembali bertani di lahan mereka.
Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup dan konsumsi rumah tangga, maka warga pergi ke hutan untuk mencari sayur dan buah yang dapat di jual di pasar tradisional yang hanya ada setiap pekan.
"Setiap Sabtu, sebagian warga saya pergi ke hutan mencari sayur pakis, untuk di jual di pasar pada Minggu. Dari hasil penjualan hanya menghasilkan sekitar Rp20 ribu. Uang itu, mereka gunakan untuk membeli beras beberapa Kg guna kebutuhan konsumsi rumah tangga," ujar Kades.
Sebagian masyarakatnya, lanjut dia, pergi mencari kerja ke desa-desa yang bertetangga dengan Desa Sibalaya Selatan. Mereka pergi menggarap lahan pertanian lalu di upah.
Atas kondisi itu, kata dia, korban sangat berharap agar pemerintah membantu memulihkan lahan pertanian mereka, membantu benih dan bibit serta alat pertanian seperti traktor tangan dan sebagainya.
"Kondisi ini sudah saya sampaikan kepada Pemkab Sigi, ada respon dari pemerintah. Namun karena banyak wilayah yang terdampak bencana di Sigi, maka kami-pun tidak bisa ngotot dan hanya bisa bersabar," kata Kades.
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Alex Sariwating
Copyright © ANTARA 2019