"Setelah tewasnya sejumlah prajurit TNI dan warga sipil, diperlukan respons yang lebih tegas dan terukur. Karena itu, operasi yang lebih ofensif tampaknya sangat diperlukan untuk menumpas gerakan KKB di Nduga dan sekitarnya," kata Bambang dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.
Bambang berbelasungkawa atas meninggalnya tiga prajurit TNI dalam kontak senjata dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Nduga, Papua, Kamis (7/3).
Menurut dia, untuk menjaga moral seluruh prajurit yang bertugas di Nduga, pemerintah dan TNI harus mengeskalasi kekuatan atau penambahan pasukan di Nduga.
"Dengan kekuatan yang lebih memadai, saya juga mendorong dilakukannya eskalasi operasi," ujarnya.
Bambang menilai dari kronologi peristiwa kontak senjata pada Kamis (7/3), terkesan kekuatan KKB tidak bisa danggap remeh karena masih mampu memberi perlawanan dan mengganggu proses evakuasi ketika helikopter yang akan mengangkut prajurit TNI yang gugur masih ditembaki KKB.
Selain itu menurut dia, kemampuan KKB membawa lari jenazah rekan mereka yang tewas, juga membuktikan kekuatan KKB yaitu memiliki markas dan tempat-tempat persembunyian di Nduga.
"Operasi yang lebih ofensif diperlukan untuk menjangkau dan menemukan tempat-tempat persembuyian KKB," katanya.
Dia mengatakan, selain memperkuat moral prajurit TNI, operasi yang lebih ofensif, secara tidak langsung akan meningkatkan aspek pengamanan proses pembangunan infrastruktur di Nduga.
Menurut dia, pembangunan di Papua hendaknya tidak boleh dihambat gerakan KKB.
Selain itu dia menilai, penghormatan kepada ketiga prajurit yang tewas harus dilakukan negara melalui TNI dan memberi penghargaan dan apresiasi kepada keluarga yang ditinggalkan.
Baca juga: Jenazah tiga prajurit TNI disemayamkan di RSUD Mimika
Baca juga: Kapendam Cenderawasih: TNI diserang dengan kekuatan tidak berimbang
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019