Tapaktuan, Aceh (ANTARA news) - Sejumlah petani di kawasan Kecamatan Labuhan Haji Timur dan Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), telah mamasang puluhan perangkap jerat dari kabel untuk menangkap harimau sumatera yang telah memangsa lima orang penduduk di daerah itu. "Perangkap yang dipasang warga itu bukan untuk membunuh satwa yang dilindungi itu, kalau berhasil terjaring harimau ini akan ditangkap untuk diserahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam," kata mantan Camat Meukek, Zaini Bakri, di Tapaktuan, Selasa. Pernyataan itu disampaikan untuk meluruskan kekeliruan penafsiran sebagian kalangan yang menyebutkan seakan-akan jerat dari tali kabel yang dipasang masyarakat petani di daerahnya untuk membunuh satwa liar dilindungi itu. Menurut Zaini Bakri, lokasi yang telah dipasang puluhan jerat harimau itu, antara lain di kawasan gunung Rotan, Peuneulop dan Gunung Peulumat, warga juga membuat beberapa perangkap di Desa Buket Meuh Kecamatan Meukek untuk menjaring satwa yang mereka sebut "nenek" itu. Motivasi warga untuk membuat perangkap semakin tinggi setelah beberapa waktu lalu mereka berhasil menjaring seekor harimau Sumatera yang diduga sebagai pemangsa sejumlah warga di desa Peulumat, Kecamatan Labuhan Haji Timur, selama tiga bulan terakhir lima orang warga tewas diterkam harimau. "Dengan perangkap itu kami berharap dapat mengatasi keganasan harimau yang telah memangsa lima warga di Kecamatan Labuhan Haji Timur dan Kecamatan Meukek beberapa waktu yang lalu," katanya. Sebelumnya, Selasa (11/9) dua harimau Sumatera yang selama ini juga berkeliaran di permukiman penduduk telah tewas setelah terjerat perangkap babi di pegunungan Calok, Kecamatan Sawang, Aceh Selatan. Direktur Institute Social of Development Study (INSOSDES), T Masrijal mengatakan, tewasnya dua harimau sumatera akibat terjerat jaring babi di Kecamatan sawang itu seharusnya menjadi peringatan bagi pihak terkait untuk segera melakukan penanganan agar satwa itu tetap terjaga dan masyarakat juga dapat hidup tenang. "Konflik antara manusia dan satwa di Aceh Selatan telah lama terjadi, sehingga aparat BKSDA Aceh harus lebih serius menanggulangi masalah ini, sebab bila dibiarkan terus berlarut dikhawatirkan populasi harimau Sumatera yang dikategorikan satwa langka dilindungi itu akan terancam punah," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007