Banyak fintech yang bergerak di bidang pembiayaan sektor produktif karena pelaku usaha yang non-bankable bisa mengakses pembiyaan sektor usaha termasuk ke depan akses pembiayaan LPDB melalui fintech.

Jakarta (ANTARA) - Pesatnya pertumbuhan industri financial technology (fintech) di Indonesia dinilai mampu membuka akses permodalan sekaligus mendorong berkembangnya sektor usaha kecil, menengah, dan mikro (UMKM).

“Peluang kerja sama antara fintech dengan industri jasa keuangan termasuk koperasi simpan pinjam dan institusi atau lembaga pemerintah yang bergerak di bidang pembiayaan semakin terbuka lebar. Dampaknya, bisa tercapai efisiensi dalam operasi, bunga yang lebih murah terutama kepada peminjam terutama para pelaku usaha,” kata Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM), Braman Setyo, di Jakarta, Rabu.

Menurut Braman, semakin berkembangnya berbagai layanan pinjaman online ini, kebutuhan modal para pelaku UMKM terutama yang selama ini tidak terakses perbankan diharapkan dapat terpenuhi.

“Banyak fintech yang bergerak di bidang pembiayaan sektor produktif karena pelaku usaha yang non-bankable bisa mengakses pembiyaan sektor usaha termasuk ke depan akses pembiayaan LPDB melalui fintech,” jelas Braman.

Sementara itu, Ketua Harian Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kusheryansyah mengatakan, kehadiran fintech P2P lending khususnya untuk menjangkau masyarakat yang tidak terjangkau pinjaman dikarenakan tidak memenuhi kriteria perbankan dan perusahaan pembiayaan.

Kusheryansyah juga menambahkan, kehadiran fintech saat ini bisa mendongkrak UMKM dan terbukti dari hadirnya fintech P2P lending yang hadir diberbagai segmen.

Ragam platform fintech, seperti iTernak yang membiayai supply chain peternak, TaniFund, yang membiayai supply chain sektor pertanian, Fintag yang membiayai sektor kelautan, ada Esta Kapital yangg membiayai ibu-ibu di Indonesia timur dengan model Grameen Bank.

Dicontohkan, dua fintech P2P lending, Akseleran dan Modalku turut mengisi kebutuhan pembiayaan produktif di segmen usaha Rp500 juta sampai Rp2 miliar.

Sementara itu, CEO UangTeman, Aidil Zulkifli mengatakan pemanfaatkan pinjaman online untuk kebutuhan usaha tercatat cukup besar, di mana pada tahun 2018 tercatat sebesar 30 persen dari total nasabah memanfaatkan pinjaman untuk keperluan produktif.

“Berdasarkan prosentase, nasabah UangTeman paling besar meminjan untuk keperluan produktif. Kami juga terus memberikan edukasi dan apresiasi kepada nasabah supaya bisa mengelola pinjaman online ini dengan baik dan bermanfaat,” kata Aidil.

Ia menambahkan, salah satu tantangan dalam hal pemanfaatan pinjaman online adalah memberikan edukasi kepada masyarakat ketika mengajukan pinjaman. Banyak orang yang karena membutuhkan dana cepat sehingga tidak memperhatikan kredibilitas pemberi pinjaman dan terjerat layanan yang pinjaman tersebut.

“UangTeman bersama AFPI selalu mendorong agar masyarakat selalu memastikan hanya meminjam dari perusahaan yang terdaftar dan diawasi oleh OJK. Kami yakin masyarakat lebih selektif dan mampu mengelola pinjaman dengan baik, maka layanan pinjaman online ini bisa menjadi andalan bagi pengusaha UKM,” kata Aidil.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019