Makasar (ANTARA News) - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar M Jusuf Kalla memerintahkan Fraksi Partai Golkar (FPG) untuk mempersiapkan aturan mengenai pencalonan balon Gubernur/bupati/walikota agar dibatasi hanya enam bulan sebelum pelaksanaan pilkada. "Saya perintahkan Fraksi Partai Golkar untuk siapkan aturan, siapa saja yang ingin ikut pilkada tak boleh bicara masalah tersebut sampai enam bulan sebelum pilkada," kata Ketua Umum DPP Partai Golkar M Jusuf Kalla saat silaturahmi di Makasar, Senin. Menurut Jusuf Kalla, selama ini energi dan kekuatan bangsa habis terkuras hanya untuk menanggapi hal-hal semacam itu (soal pencalonan pilkada). Wapres mencontohkan apa yang terjadi di Sulawesi Selatan di mana pasangan Gubernur Amin Syam dan Wagubnya Syahrul Yasin Limpo sama-sama maju sebagai balon gubernur dalam pilkada Sulsel mendatang. Amin Syam maju sebagai calon gubernur berpasangan dengan Masyur Ramli sedangan Wagub Syahrul Yasin Limpo maju sebagai calon gubernur berpasangan dengan Agus Arifin. Sebelumnya Jusuf Kalla menyindir ketidakhadiran Wagub Syahrul Yasin Limpo dalam silaturahmi dengan jajaran muspida yang diselenggarakan di kediaman Gubernur Sulsel Amin Syam. "Selama ini cukuplah daerah-daerah yang terbelah-belah (pemekaran wilayah), tetapi jangan pemimpinnya yang terpecah-pecah," kata Jusuf Kalla. Karena itulah sebagai Wapres ia mengunjungi semua mantan pemimpin bangsa untuk mengurangi kemungkinan memecah belah tersebut. "Nanti habis waktu dan energi kita hanya untuk layani hal-hal semacam itu," katanya. Dalam kesempatan itu Wapres meminta seluruh masyarakat tingkatkan rasa persaudaraan. Wapres mengungkapkan silaturahmi yang dilakukannya kepada para mantan Presiden dan Wapres dalam rangka meningkatkan persaudaraan. "Kita tingkatkan persaudaraan dan tak ada waktu yang paling tepat untuk silaturahmi selain momen Idulfitri ini," kata Wapres. Menurut Wapres silaturahmi bukan untuk dipidatokan oleh para ustadz namun harus langsung dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Wapres menceritakan rangkaian silaturahmi yang dilakukannya kepada mantan presiden dan wapres semua dilakukan dengan tulus dalam rangka menjalin silaturahmi untuk persatuan dan kesatuan. Dalam pandangan Wapres setiap pemimpin selalu memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun yang harus tetap dikenang adalah kelebihan-kelebihan yang ada. "Semua pemimpin punya peran dan sumbangan. Memang setiap pemimpin selalu ada kekurangan dan kelebihan. Karena itu kita harus hargai kelebihan-kelebihannya," kata Wapres. Wapres menilai setiap kepemimpinan seseorang terlepas dari perbedaan warna politiknya, merupakan suatu kesinambungan yang tiada putusnya bagi bangsa. "Kalau bukan kita yang menghargai mantan pemimpin kita, siapa lagi. Apa perlu menunggu negara lain menghargainya?" kata Wapres. Dengan sedikit bercanda Wapres juga mengaku bahwa silaturahmi yang dilakukannya kepada para mantan pemimpin bangsa juga ditujukan untuk dirinya sendiri. "Nanti saya juga akan menjadi mantan wapres. Kalau saya tak hormati mantan wapres, nanti saya juga tak dihormati," katanya sambil tertawa. Karena itu Wapres menginstruksikan kepada para kepala daerah untuk segera menjalin tali silaturahmi dengan para mantan pendahulunya. Menurut Wapres, menjadi pemimpin adalah sebuah amanah bukan merupakan warisan. "Janganlah kalau kalah dalam pilkada lalu berkelahi. Kalah dalam pilkada terus ingin mekarkan wilayah," kata Wapres. Acara silaturahmi tersebut dihadiri oleh muspida Propinsi Sulsel dan Sulbar serta jajaran DPRD, para rektor universitas dan tokoh masyarakat. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007