Purwokerto (ANTARA News) - Arus balik Lebaran 2007 pada H+1 atau hari Senin di sepanjang jalur selatan mulai dari perempatan Buntu (Kabupaten Banyumas) hingga Kabupaten Purworejo, Jateng, lancar meskipun arus lalu lintas sempat tersendat di beberapa tempat. Pantauan ANTARA News di sepanjang jalur itu menyebutkan bahwa arus lalu lintas sempat tersendat seperti terjadi di Gombong, Sruwen, Karanganyar, Kutowinangun (Kabupaten Kebumen), dan Kutoarjo (Kabupaten Purworejo). Tersendatnya arus lalu lintas tersebut karena arus lalu lintas yang padat, sedangkan jalur jalan yang digunakan hanya satu lajur dan lalu lalang orang yang menyeberang jalan. Meskipun tersendat, arus lalu lintas secara umum tetap berjalan lancar dan tertib. Hanya saja, laju kendaraan merayap karena harus menunggu kendaraan yang ada di depannya berjalan terlebih dulu. Di samping itu, arus kendaraan berjalan dengan tertib karena di daerah rawan kemacetan dipasang marka jalan sehingga tidak bisa menyerobot untuk mendahului kendaraan yang ada di depannya. Di perempatan Buntu yang merupakan pertemuan antara kendaraan dari Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta juga sempat tersendat karena padatnya arus kendaraan dan jarak nyala lampu hijau dengan merah sangat pendek sehingga antrean kendaraan yang terjebak lampu merah belum semuanya berjalan, tiba-tiba lampu sudah menyala merah. Sementara itu, di Kota Purwokerto beberapa pusat jajan makanan khas Banyumas diserbu pemudik, seperti di perempatan Sawangan, Sokaraja, Jalan Pramuka (belakang Swalayan Moro), bahkan arus lalu lintas sempat tersendat karena banyak mobil yang parkir dan lalu lalang di daerah tersebut. Akibatnya, jalur bus dari Purwokerto menuju Semarang, Yogyakarta, Solo, dan kota-kota lain dialihkan tidak melalui Sokaraja. Para pemudik yang berasal dari Jakarta, Jabar, dan Jatim (terlihat dari plat nomor kendaraan yang parkir di kawasan tersebut) membeli buah tangan seperti `mendoan`, tempe keripik, getuk goreng, dan lain sebagainya. Mereka membeli makanan khas Banyumas untuk dibawa pulang ke rumahnya masing-masing. "Makanan khas ini untuk tetangga dan rekan-rekan di kantor saya. Makanya, saya membeli cukup banyak untuk dibagikan kepada mereka," kata Haryadi (42), pemudik asal Cirebon, Jabar. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007