Pasukan TNI tersebut akan digelar di sepanjang jalur pembangunan transPapua Wamena - Mumugu, khususnya dalam pembangunan jembatan

Jayapura (ANTARA) - Panglima Kodam (Pangdam) XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring mengatakan 600 prajurit TNI akan disebar di sepanjang jalan transPapua antara Wamena hingga Mumugu.

"Pasukan TNI tersebut akan digelar di sepanjang jalur pembangunan transPapua Wamena-Mumugu, khususnya dalam pembangunan jembatan," katanya di Kota Jayapura, Papua, Selasa.

Untuk tekhnis pelaksanaan pembangunannya, lanjutnya akan dilanjutkan oleh satuan zeni konstruksi (zikon) TNI AD, sedangkan tenaga ahli tetap dari PT Istaka Karya dan PT. Brantas Adibraya.

"Untuk tenaga ahlinya tetap dari perusahaanya. Dan ini kami mau sampaikan bahwa dalam kasus di Nduga, negara tidak boleh mundur hanya karena adanya teror dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,"tegasnya.

Negara, tambahnya akan tetap melanjutkan pembangunan sampai selesai, karena hal ini demi untuk kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh rakyat Papua.

"Ini demi memajukan Papua, agar sama dengan daerah lainnya di Indonesia," ujarnya

Ketika ditanya apakah rakyat tidak trauma atas kehadiran prajurit TNI di Kabupaten Nduga, Pangdam menyebutkan bahwa situasi di Nduga saat ini kondusif.

"Rakyat yang mengungsi akibat insiden pembantaian terhadap karyawan PT Istaka Karya pada awal Desember 2018 sudah mulai kembali ke kampung dan menjalani kehidupan sosial dan ekonomi secara normal," katanya.

Bahkan mereka, ungkap dia diamankan oleh aparat TNI dan Polri serta mendapatkan bantuan sembilan bahan makanan pokok dan layanan kesehatan baik dari aparat keamanan maupun dari pemerintah daerah setempat.

"Rakyat justru trauma terhadap tindakan kekerasan oleh KKSB, bukan kepada TNI. Anda bisa membayangkan bagaimana rakyat sipil diikat tangannya dari belakang, dikumpulkan jadi satu kemudian ditembak dan dibantai secara sadis tanpa prikemanusiaan," lanjutnya.

Belum lagi, ungkap dia guru-guru dan tenaga kesehatan yang sedang bertugas di Mapenduma dianiaya dan diperkosa pada Oktober 2018.

"TNI tidak mungkin dan tidak akan pernah melakukan tindakan biadab seperti itu. KKSB selalu memumatar balikkan fakta, dibuat seakan-akan TNI adalah pelaku penjahat kemanusiaan," tambahnya.

KKSB, kata dia sengaja membuat opini bahwa yang dibantai di Distrik Yigi pada Desember tahun lalu adalah anggota TNI yang menyamar, tapi nyatanya media bisa melihat langsung korban dikembalikan ke keluarga dan semuanya adalah warga sipil.

"Bahkan kita lihat yang sedang viral di media sekarang, keluarga membuat surat terbuka kepada presiden agar informasi tentang nasib anggota keluarganya yang masih dinyatakan hilang agar segera terungkap," katanya.

Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019