"Anda tidak boleh acuh, karena kalau kalian membiarkan kejahatan korupsi terus terjadi, dihawatirkan suatu ketika Anda tidak bisa membayar uang kuliah karena kemiskinan," kata dia, pada seminar nasional di hadapan mahasiswa di Balairung Universitas Jambi, Mendalo, Muarojambi, Jambi, Selasa.
Pada kesempatan itu Samad juga memaparkan terminologi nonhukum terkait perilaku korupsi dan bagaimana strategi pemuda dalam melawan korupsi.
"Semua perilaku yang menyimpang dari amoral itu disebut perilaku korup, seperti Anda mencontek kepada teman ketika ujian semester itu perilaku korup, kalau Anda tidak mau dikatakan orang yang korup maka dari sekarang tinggalkan kebiasaan itu," tuturnya.
Generasi muda memiliki peran yang sangat penting dalam memerangi korupsi. Menurut Abraham, terdapat tiga cara dalam memerangi korupsi, yakni memerangi korupsi dengan gigih, adil dan memerangi korupsi selama mungkin.
"Ketika kita memerangi korupsi harus dilakukan selama mungkin dan perang terhadap korupsi adalah perang yang abadi, jangan sampai berhenti," katanya.
Selain itu, yang paling penting juga dibutuhkan pendidikann antikorupsi dan nilai kejujuran serta kejujuran yang ditanamkan generasi sejak dini.
Pendidikan dan kampanye anti korupsi ini yang paling penting, karena kalau kita tidak pernah mendidik generasi muda untuk anti korupsi, maka suatu ketika korupsi akan kembali lagi.
Selain itu, dia juga mengemukakan fenomena korupsi yang juga terjadi dalam pengelolaan sumber daya alam khususnya pertambangan, sehingga mengakibatkan potensi sumber daya alam tidak mampu mendongkrak kesejahteraan masyarakat secara maksimal.
Banyaknya potensi kekayaan dan sumber daya alam di Indonesia, namun ironisnya banyak juga penduduknya yang masih miskin, yang mana jumlahnya masih mencapai angka 27 juta orang atau 11 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia.
"Korupsi mengakibatkan dampak yang begitu masif, seperti kemiskinan, pengangguran, ketimpangan dan kerusakan alam dan lain sebagainya, jadi ini (korupsi) harus sama-sama kita perangi dan dihentikan," ujar Samad.
Pewarta: Nanang Mairiadi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019