"Kami terus berusaha untuk meningkatkan jumlah ekspor salak pondoh, salah satunya dengan mencari peluang pasar di sejumlah negara," kata Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman Edi Sri Hartanto di Sleman, Selasa.
Menurut dia, saat ini komoditas ekspor terbesar di Sleman memang baru salak pondok. Namun, jumlahnya sudah mencapai ratusan ton per tahun. "Pada 2018 ekspor salak Sleman mencapai sudah 600 ton," katanya.
Ia mengatakan, saat ini salak pondoh telah menembus pasar Tiongkok, Kamboja dan Vietnam.
"Kami sedang melakukan penjajakan untuk menambah pasar mancanegara. Salah satunya adalah dengan mencoba merambah pasar Australia," katanya.
Edi mengatakan intensitas ekspor salak pondoh Sleman juga tergolong cukup baik. Seminggu bisa sampai dua kali ekspor. "Sedangkan untuk produksinya juga sudah mampu mencukupi permintaan pasar," katanya.
Ia mengatakan saat ini di Sleman banyak perkebunan salak pondoh, terutama di Kecamatan Turi, Pakem dan Tempel. Namun yang bisa mengekspor salak hanya kebun yang sebelumnya sudah teregister.
"Hal itu merupakan salah satu syarat. Agar hasil salak yang dikirim ke luar negeri bisa dilacak dan dipastikan kualitasnya. Di Sleman sekarang sudah ada 144 hektar kebun salak yang teregister," katanya.
Selain dalam bentuk buah segar, kata dia, juga ada ekspor produk salak olahan seperti keripik salak. Hanya saja jumlahnya belum terlalu besar. "Kalau kripik ini sudah dipasarkan hingga Singapura," katanya.
Baca juga: Salak Sleman siap diekspor ke Selandia Baru
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019